Bisnis.com, LONDON - Perdana Menteri Inggris, Theresa May, yang akan dilantik hari ini, Rabu (13/7/2016), berencana membentuk departemen pemerintahan baru yang akan memimpin proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
Departemen ini akan dikepalai oleh seseorang yang berasal dari kubu Brexit.
“Hal ini sangat masuk akal. Ini untuk menjaga kepercayaan dari pihak yang mengkampanyekan Brexit yakni ada seorang pemenang yang mempercayai akan hal yang mereka kampanyekan,” kata Chris Grayling Seorang Anggota Kabinet seperti dikutip dari Reuters, Rabu (13/7/2016).
Pasar keuangan yang terlihat sangat bergejolak sejak referendum, bereaksi positif terhadap berita yang disampakan pada Senin (11/7/2016), bahwa May kemungkinan akan menjadi Perdana Menteri menggantikan David Cameron lebih cepat dari prediksi. Sementara itu, pound sterling terlihat menguat terhadap dolar dan euro.
Terlepas dari tekanan yang dilancarkan Uni Eropa agar Inggris secepatnya memulai negosiasi Brexit, May telah mengatakan bahwa dia tidak akan terburu-buru.
Dia tidak akan memulai prosedur Article 50 hingga tahun depan. Prosedur ini menandai dimulainya proses pemisahan Inggris dari Uni Eropa dan menjadi awal periode dua tahun yang dimiliki Inggris untuk keluar dari Uni Eropa.
Berdasarkan laporan media, May diprediksi akan mempromosikan beberapa menteri perempuan untuk beberapa jabatan senior, sementara menteri keuangan yang telah lama mengabdi pada masa Cameron, George Osborne, berpotensi kehilangan jabatannya.