Dikabarkan bahwa China telah melarang pegawai negeri setempat, siswa, dan guru di wilayah Xinjiang yang mayoritas Muslim untuk puasa selama bulan Ramadan. China juga memerintahkan restoran untuk tetap buka.
Tentu saja pelarangan tersebut dilakukan oleh partai berkuasa di China. Partai Komunis secara resmi telah membatasi praktik peribadatan di Xinjiang dan upaya sistematis pemerintah China dalam melakukan praktik-praktik deislamisasi dan memaksa umat Islam di sana untuk jauh dari budaya Muslim.
Melihat kasus di China tersebut yang dari tahun ke tahun selalu berulang apa yang bisa kita lakukan sebagai sesama Muslim yang tinggal di Indonesia. Kita mungkin perlu ingatkan Presiden Jokowi betapa mahalnya biaya sosial politik yang dalam jangka pendek dan panjang dapat terjadi akibat ‘mesranya’ hubungan Presiden Jokowi-China.
Kita melihat sendiri selepas Jokowi dari China banyak sekali orang-orang China yang masuk ke Indonesia. Ternyata tidak semua dari mereka yang benar-benar berinvestasi, tetapi malah diberitakan banyak warga China yang ditangkap akibat terlibat dalam sindikat kejahatan di negeri kita.
Melalui kesempatan ini kita perlu mengingatkan Presiden Jokowi (Pemerintah Indonesia) untuk tidak main-main dan berlebihan dengan Pemerintah China dalam melakukan kerja sama bilateral.
Untuk kasus pertama, Jokowi perlu menyampaikan penyesalannya atas kejadian umat Islam minoritas di China. Untuk kasus kedua, pemerintah perlu menerapkan aturan ketat dan berkoordinasi dengan aparat yang bertanggung jawab agar masuknya WNA RRC tidak menjadi bumerang di kemudian hari.
Pengirim
Aries Musnandar
Srigading Dalam, Malang, Jawa Timur