Bisnis.com, MANILA - Halaman depan sejumlah media Filipina membuat kehebohan karena memberitakan bahwa terpidana mati Mary Jane Veloso telah dieksekusi pada Rabu (29/4/2015) dinihari.
Padahal belakangan diketahui Mary Jane lolos dari eksekusi karena desakan pemerintah Filipina atas kepentingan penyelidikan hukum terhadap pelaku kejahatan yang terkait dengan Mary Jane.
Selain memberitakan kematian Mary Jane, media-media di Filipina menuduh pemerintahnya telah gagal menyelamatkan ibu dua anak kecil itu. Beberapa media mengucapkan selamat tinggal kepada Mary Jane.
"Kematian Datang Sebelum Fajar" menjadi headline media Filipina, Daily Inquirer, dengan foto berukuran besar Mary Jane di halaman depan.
Tabloid dalam bahasa Filipina terlaris di Manila, Abante, menampilkan halaman depan bertema gelap yang memuat gambar wajah Mary Jane dengan kepala tertunduk dan judul "Selamat Tinggal, Mary Jane".
"Pnoy (sapaan Presiden Filipina Benigno Aquino III) harus disalahkan," demikian bunyi headline tabloid Standard, mengkritik Presiden Benigno yang dianggap lalai. "Semua harapan memudar," Manila Times menulis headline-nya.
Berita pembatalan eksekusi Mary Jane diyakini datang terlambat bagi sebagian besar surat kabar Filipina yang terburu-buru mencetak edisi Rabu. Presiden Joko Widodo menetapkan penangguhan pelaksanaan hukuman mati terhadap Mary Jane setelah wanita yang diduga merekrutnya menyerahkan diri kepada pihak berwenang di Filipina.
Satu-satunya surat kabar Filipina yang teliti yakni Manila Bulletin. Pada edisi pertama mereka menulis, "Tidak Ada Penundaan Eksekusi". Kemudian, "Kami Berharap Sebuah Keajaiban", dan akhirnya "Veloso Diberi Penangguhan Hukuman".
Kekeliruan berita media cetak ini kemudian menjadi bahan ejekan. Situs berita online Coconuts Manila menaikkan sebuah berita yang menyebutkan media telah "membunuh" Mary Jane.
Keputusan pemerintah Indonesia tidak mengeksekusi Mary Jane pada Rabu dinihari membuat gembira keluarga terpidana penyelundup 2,6 kilogram heroin melalui Bandara Adisutjipto, Yogyakarta, lima tahun lalu itu. Keluarga Mary Jane menyebut pembatalan eksekusi Mary Jane sebagai "keajaiban".
Mary Jane mengatakan sindikat perdagangan narkoba internasional telah menjebaknya dengan membuat dia membawa heroin ke Indonesia dari Malaysia saat ia mencari pekerjaan sebagai pekerja rumah tangga.