Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

CHINA BENTENG: Restorasi Bukan Renovasi #3

Disebut China Benteng karena dulunya Tangerang jadi benteng pada jaman Belanda. Tidak ada info pasti benteng ini mencakup wilayah mana saja di Tangerang,terakhir ditemukan sisa benteng di daerah Batuceper.
Benteng Heritage. Merekalah China Benteng. /fb-bentengheritage
Benteng Heritage. Merekalah China Benteng. /fb-bentengheritage

Bisnis.com, TANGERANG—Pada akhirnya kita hanya akan melestarikan apa yang kita cintai, mencintai apa yang kita mengerti, dan mengerti hanya apa yang diajarkan.

Kalimat itu tertera di halaman belakang brosur Museum Benteng Heritage, saya membacanya saat beranjak pergi dari kawasan Pasar Lama usai mengunjungi museum dan klenteng di dekatnya. Ya, museum ini hanya sepenggal bagian tentang upaya melestarikan rekam jejak peranakan Tionghoa di Tangerang.

Seusai mengunjungi museum tersebut, saya sadar warga Tionghoa tak bisa dipisahkan dari sejarah kota ini. Mereka hadir, menetap, hidup, tumbuh, dan meneruskan keturunannya di sini. Mereka ada sejak Tangerang dipenuhi benteng pada jaman kolonial Belanda. Merekalah China Benteng.

“Disebut China Benteng karena dulunya Tangerang jadi benteng pada jaman Belanda. Tidak ada info pasti benteng ini mencakup wilayah mana saja di Tangerang,terakhir ditemukan sisa benteng di daerah Batuceper,” ujar Satyadhi Hendra.

Saya banyak berbincang dengan pria keturunan Tionghoa berusia 38 tahun itu. Sejujurnya saya tak mendapatkan sebutan yang pas untuknya. Tapi anggaplah Hendra, demikian dia disapa, salah satu pengelola museum dan orang yang dipercaya Udaya Halim si pemilik museum.

Tapak pertama yang saya pijak saat menyusuri  jejak China Benteng ada di Jalan Cilame No. 18 – 20, Pasar Lama, Tangerang. Museum kelolaan Yayasan Benteng Heritage inilah yang berusaha mempatenkan China Benteng sebagai mutiaranya Tangerang, the pearl of Tangerang

“Dari proses restorasi sampai sekarang seperti bola salju, museum ini seperti dapat pengakuan bahwa di sini bisa jadi sumber cerita tentang masyarakat peranakan di Tangerang. Sumber cerita, bukan sumber sejarah,” ujar Hendra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper