Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah Indonesia mempertimbangkan untuk menutup Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Yaman, setelah insiden pengeboman Gedung KBRI di Sana’a.
Retno Marsudi, Menteri Luar Negeri, mengatakan pemerintah masih akan melihat perkembangan kondisi lebih lanjut di Yaman, sebelum memutuskan untuk menutup KBRI di negara tersebut. Saat ini, KBRI di Yaman sebenarnya sudah dipindahkan dari Sana’a ke Salalah.
“KBRI di Sana’a memang sudah sejak beberapa waktu lalu tidak beroperasi, dan kegiatannya dipindahkan ke Salalah,” katanya di JCC, Jakarta, Senin (20/4/2015).
Retno menuturkan keberadaan 17 warga negara Indonesia, yang terdiri dari empat orang anggota tim evakuasi dari Jakarta, lima orang staf lokal, lima orang buruh migran, dua orang mahasiswa, dan seorang home staff untuk menindaklanjuti informasi apabila masih ada warga negara Indonesia yang belum dievakuasi.
Menurutnya, Sana’a merupakan wilayah pertama yang melakukan evakuasi WNI. Saat itu WNI dari Sana’a dibawa ke Salalah, sebelum akhirnya diungsikan ke Cisan. Akan tetapi, masih ada beberapa orang WNI yang tertinggal, sehingga Kementerian Luar Negeri menyiapkan staf untuk melakukan evakuasi.
“Kami terus meminta kepada seluruh WNI untuk mau dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Kejadian tersebut membuktikan situasi di daerah konflik dapat berubah seketika,” ujarnya.
Gedung KBRI di Sana’a terkena dampak dari serangan bom yang ditujukan kepada gudang amunisi yang ada di wilayah tersebut. Setidaknya dua orang staf diplomat, dan seorang WNI mengalami luka-luka akibat kejadian tersebut.
Serangan itu juga berdampak ke beberapa gedung dan infrastruktur jalan yang ada di wilayah tersebut. Bahkan, serangan tersebut juga telah mengakibatkan korban jiwa dari penduduk sipil setempat.
Saat ini 17 WNI yang saat itu berada di Gedung KBRI telah dievakuasi ke Wisma Duta Sana’a untuk kemudian diungsikan ke Salalah.