Bisnis.com, JAKARTA - Para ulama Indonesia yang tergabung dalam berbagai organisasi di Jakarta menyatakan dukungan mereka terhadap kebijakan Saudi Arabia yang memimpin pasukan koalisi untuk melancarkan operasi militer terhadap kelompok radikal Houthi di Yaman.
Para ulama yang di antaranya mewakili Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Islam (Persis), Al Irsyad Al Islamiyah (Al Irsyad), Dewan Dakwah Islamiyah (DDI), Majleis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) dan Ikatan Dai Seluruh Asia Tenggara itu diterima Duta Besar Kerajaan Saudi Arabia Mustafa Ibrahim Al Mubarak di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta, Sabtu (11/4/2015).
Ali Musthafa Ya'qub, Imam Besar Masjid Istiqlal yang juga hadir dalam pertemuan tersebut menegaskan bahwa apa yang terjadi di Yaman, negara berpenduduk 22 juta yang berbatasan langsung dengan Saudi Arabia di selatan Jazirah Arab bukanlah pertikaian antarkelompok agama antara Sunni dan Syiah, tapi kekerasan oleh kelompok radikal Houthi.
"Apa yang terjadi di Yaman bukan masalah konflik antarkelompok agama, tapi perilaku radikal yang diperlihatkan oleh kelompok Houthi. Kelompok ini harus segera diantisipasi karena gerakan mereka sudah seperti teroris," kata Ali Musthafa.
Ali Musthafa juga menegaskan bahwa pemikiran radikal kelompok Houthi tersebut harus segera dibasmi agar tidak menyebar ke negara lain, termasuk Indonesia.
"Gerakan kelompok ini lebih berbahaya dan harus segera diatasi karena bukan tidak mungkin pengaruh mereka akan sampai di Indonesia sebagai negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia," kata Ali Musthafa menambahkan.
Sementara itu, Mustafa Ibrahim menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan para ulama Indonesia terhadap kebijakan Saudi Arabia dalam mengatasi konflik di negara tetangganya itu.
"Sebagai sebuah negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia, saya memahami bahwa situasi di Yaman telah mendapat perhatian luas dari masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, saya ingin memberikan penjelasan secara lebih luas perihal keterlibatan Arab Saudi yang memimpin pasukan koalisi dalam melakukan operasi militer di Yaman," kata Mustafa Ibrahim.
Menurut Mustafa, Saudi Arabia adalah tetangga terdekat dengan Yaman sehingga punya kewajiban untuk tetap membantu negara tetangga dalam kondisi stabil agar konflik yang terjadi di negara tersebut tidak mengganggu negara lain di kawasan itu.
Mustafa Ibrahim memberikan gambaran bahwa posisi Saudi Arabia adalah ibarat sebuah tetangga yang dimintai pertolongan ketika tetangga tersebut sedang menghadapi kesulitan.
"Dalam kasus ini, Saudi Arabia memberikan pertolongan kepada negara tetangga Yaman ketika presiden mereka yang sah yaitu Abdu Rabuh Mansour Hadi menghadapi ancaman kudeta kelompok pemberontak Houthi," katanya.
Berdasarkan atas keprihatinan karena kelompok Houthi tersebut bisa mengancam stabilitas di Yaman dan juga negara-negara tetangganya, Saudi Arabia yang berbatasan langsung dengan Yaman segera mengambil inisiatif untuk membentuk pasukan koalisi untuk memerangi Houthi yang telah menguasai sebagian wilayah Yaman.
Meski mendukung penuh operasi militer pasukan koalisi yang dipimpin oleh Saudi Arabia, para ulama tersebut juga mengimbau agar sasaran yang dituju benar-benar fasilitas militer kelompok Houthi agar tidak menimbulkan korban jiwa dari warga sipil, terutama anak-anak.
UNICEF, organisasi PBB untuk urusan anak-anak memperkirakan bahwa setidaknya 100.000 warga harus meninggalkan rumah mereka dan korban tewas sudah lebih dari 600 orang, termasuk sekitar 80 orang anak-anak.
Dukung Arab Saudi, Ulama RI: Konflik Yaman Bukan Soal Agama tapi..
Para ulama Indonesia yang tergabung dalam berbagai organisasi di Jakarta menyatakan dukungan mereka terhadap kebijakan Saudi Arabia yang memimpin pasukan koalisi untuk melancarkan operasi militer terhadap kelompok radikal Houthi di Yaman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
14 menit yang lalu
Malaysia Lanjutkan Pencarian MH370 Setelah Mandek 10 Tahun
47 menit yang lalu