Bisnis.com, SANAA - Para pejabat PBB dan relawan kemanusiaan di Yaman mengatakan bahwa konflik yang berlangsung telah mendorong salah satu negara termiskin di Jazirah Arab yang berpenduduk 25 juta jiwa ini menuju sebuah bencana kemanusiaan terbesar sepanjang sejarah negara itu.
Dampak yang paling terasa antara lain impor pangan, langkanya bahan bakar, dan tertundanya bantuan langsung tunai kepada warga miskin. Selain itu, banyak daerah di bagian selatan kota Aden mengalami kelangkaan air dan listrik.
Di sisi lain, ada lebih dari 2.200 penduduk yang terluka dalam pertempuran di Yaman. Menurut para relawan, sayangnya banyak rumah sakit di Aden yang belum mampu menampung para korban tersebut.
Para relawan kemanusiaan juga menemukan risiko kekurangan gizi dan beragam penyakit di negara yang miskin dan rentan konflik ini. Yaman hanya memiliki sumber daya minyak yang cukup baik di samping Libya dan Irak.
Mereka juga memiliki pemerintahan yang lemah dibandingkan dengan keadaan sebelum krisis Suriah. Kondisi tersebut berarti negara hampir tidak dapat memberikan dukungan apapun bagi penduduknya untuk menghadapi krisis.
Johannes van der Klauwe, Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Yaman menyatakan ada 16 juta penduduk, hampir dua per tiga populasi Yaman, membutuhkan bantuan kemanusiaan sebelum datangnya krisis. Menurutnya, kini krisis tersebut mulai memengaruhi 15 dari 22 wilayah di Yaman.
“Layanan dasar yang baru saja bisa disediakan pemerintah kini berisiko runtuh. Apa yang kami alami ini belum pernah terjadi sbelumnya dalam sejarah negara,” ujarnya, Sabtu (11/04/2015).
Banyak negara telah menerbangkan para warganya ke luar dari Yaman, atau mengirimkan kapal-kapal untuk menjemput mereka. Warga asli Yaman sendiri terperangkap dalam konflik ini dan tak memiliki banyak pilihan, mengingat risiko berbahaya berlayar menyeberang Laut Merah.
Di sisi lain, Badan Pengungsi PBB UNHCR mengatakan sekitar 900 pengungsi melarikan diri dengan perahu dalam 10 hari terakhir ke negara-negara lain di sekitar Afrika.