Bisnis.com, JAKARTA - Sudah bukan rahasia lagi kalau Presiden Joko Widodo memiliki gerakan yang lincah dalam bekerja, dan senang turun langsung ke masyarakat. Sejak menjadi Wali Kota Solo, pria yang identik dengan sapaan Jokowi itu sudah gemar turun ke lapangan untuk mengetahui langsung persoalan di lapangan.
Tidak banyak berubah, saat menjadi Presiden, Jokowi pun masih gemar melakukan aksi blusukan. Meski tidak sesering saat menjadi wali kota dan Gubernur, Jokowi tercatat beberapa kali meninjau langsung sejumlah proyek pemerintah untuk memastikan pengerjaannya.
Memangku jabatan sebagai orang nomor satu di republik ini ternyata tidak mampu mengubah kebiasaanya bergerak cepat dan gemar berpindah-pindah. Wakil Presiden Jusuf Kalla pun harus tergopoh-gopoh mengejar sang Presiden saat akan mengumumkan Kabinet Kerja di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta.
Para menteri pun dipaksa untuk berlari, tak terkecuali para menteri wanita yang diplot untuk mengisi posisi tertentu.
Melewati 100 hari masa kerja pemerintahan, Jokowi kembali membuat keputusan yang tergolong unik. Dia ingin lebih banyak beraktivitas di Istana Bogor yang memang memiliki halaman lebih luas, karena bersebelahan langsung dengan Kebun Raya Bogor.
Komplek Istana Kepresidenan yang menghadap langsung ke Monumen Nasional (Monas), sebenarnya sudah dirancang untuk memudahkan Presiden melakukan aktivitasnya. Di dalamnya terdapat Istana Merdeka yang biasa digunakan untuk menerima tamu kenegaraan, dan Istana Negara sebagai tempat dilaksanakannya kegiatan kenegaraan, seperti melantik para menteri serta kepala lembaga tinggi negara lainnya.
Selain itu, ada juga Kantor Presiden sebagai tempat kerja dan lokasi rapat dengan menteri dan kepala lembaga tinggi negara lainnya, serta Wisma Negara yang saat ini digunakan Jokowi sebagai tempat tinggal bersama keluarga.
Seorang staf Istana Kepresidenan mengatakan saat ini sudah tidak ada lagi barang pribadi milik Jokowi di Komplek Istana Kepresidenan Jakarta. Barang-barang milik Presiden sudah diangkut secara bertahap dengan lima unit mobil menuju Istana Bogor.
Andi Widjajanto, Sekretaris Kabinet, sempat mengatakan perpindahan Jokowi ke Istana Bogor hanya untuk melakukan perubahan suasana kerja. Presiden juga ingin mengoptimalkan fasilitas Istana Kepresidenan.
Istana Bogor juga dianggap menyediakan lingkungan yang lebih rileks untuk melakukan pertemuan besar.
Selama menjabat sebagai Presiden, Jokowi memang kerap menggunakan Istana Bogor sebagai lokasi pertemuan, seperti pertemuan dengan gubernur, bupati, dan wali kota. Presiden juga sempat menerima Mantan Calon Presiden Prabowo Subianto yang ketika itu mengaku ingin mengabarkan Presiden kalau dirinya telah ditunjuk sebagai ketua ikatan pencak silat sedunia.
Para menteri pun telah merasakan bagaimana suasana rapat dengan Presiden di Istana Bogor, karena Jokowi sempat memanggil beberapa menteri untuk secara khusus datang ke tempat yang dulu bernama Buitenzorg itu.
Bahkan, Presiden secara khusus menggunakan Istana Bogor sebagai tempat untuk melakukan rapat kabinet paripurna yang membahas evaluasi 100 hari masa kerja Kabinet Kerja. Rapat itu bertambah tidak biasa, karena dimulai pada Pukul 19.00 WIB.
Sejak Presiden Soeharto
Penggunaan Istana Bogor untuk kegiatan penting kenegaraan sebenarnya sudah dilakukan sejak masa Presiden Soeharto. Pada Desember 1994, Istana Bogor digunakan sebagai tempat pertemuan menteri ekonomi negara anggota Asia-Pacific Economy Cooperation (APEC)
Pertemuan tersebut menghasilkan Deklarasi Bogor, yang berisi komitmen untuk mengadakan perdagangan bebas dan investasi sebelum 2020.
George W. Bush saat menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat pun sempat menemui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Istana Bogor pada November 2006. Kunjungan resmi kenegaraan itu pun berlangsung hingga enam jam.
Retno Marsudi, Menteri Luar Negeri, mengaku nyaman menyambangi Presiden di Istana Bogor. Dia pun siap apabila harus bolak-balik Jakarta-Bogor untuk berkoordinasi dengan Jokowi.
“Nyaman-nyaman saja, dimana pun nyaman. Ini kan bekerja, kalau bekerja ya dimanapun,” katanya.
Waktu tempuh menuju Istana Bogor yang sekitar 1,5 jam dari Jakarta tidak menjadi halangan bagi Retno. Dengan berkelakar dia mengatakan dirinya tidak perlu jalan kaki untuk menuju Bogor, sehingga jarak tidak menjadi masalah.
Persoalan akses memang menjadi poin penting yang terus dibahas untuk mendapat solusi terbaik. Bogor sendiri memang sedang bergelut dengan upaya mengurai kemacetan di sekitar Istana Bogor.
Adanya Kebun Raya Bogor, dan Museum Kepresidenan di lingkungan Istana Bogor menjadikan lokasi tersebut sebagai destinasi wisata. Keberadaan rusa yang diimpor langsung dari Nepal pun ikut menjadi magnet besar yang mampu menarik wisatawan ke lokasi itu.
Bima Arya Sugiarto, Wali Kota Bogor, berencana melebarkan jalan yang ada di sekitar Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor. Para menteri pun sempat diminta untuk menggunakan kereta rel listrik (KRL) untuk menghindari kemacetan.
Akan tetapi, usulan tersebut dianggap sulit untuk diterapkan karena jadwal keberangkatan KRL yang tidak flesibel. Kalaupun dipaksakan, maka keberangkatan menteri dengan KRL justru akan mengganggu jadwal moda transportasi tersebut.
Jarak antara Stasiun Bogor dan Istana Bogor juga menjadi salah satu permasalahan yang harus dipikirkan. Para menteri bisa saja berjalan kaki, karena Istana Bogor dapat ditempuh dalam 15 menit dari Stasiun Bogor.
Mantan pengamat politik itu juga mengaku siap menopang aktivitas Presiden di Bogor, dan berkoordinasi dengan Sekretariat Kepresidenan agar Jokowi nyaman di Kota Hujan itu.
“Kami sangat siap [mendukung aktivitas Presiden di Bogor], masyarakat juga siap, karena ini sejalan dengan upaya kami untuk menata kawasan Istana dan Kebun Raya Bogor,” ujarnya.