Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas moneter harus memperlambat belanja obligasi senilai US$75 miliar per bulan untuk menghindari tekanan inflasi sembari membiarkan ekonomi menguat, menurut Presiden bank sentral negara bagian Dallas, Richard Fisher.
Pada Desember, the Fed memangkas program belanja obligasi bulanan menjadi US$75 miliar dari sebelumnya US$85 miliar akibat membaiknya kondisi perekonomian.
Bank sentral AS menambahkan pihaknya akan memberikan perhatian penuh pada pemangkasan lanjutan atas program stimulus.
Makin lama the Fed mempertahankan program tersebut semakin besar tekanan inflasi yang mungkin muncul, ujar Fisher.
"Jika koreksi pasar saham terjadi ketika saya mempunyai pilihan maka saya tidak akan mundur dari posisi mendukung pengetatan lanjutan atas jumlah belanja aset sejauh ekonomi riil tumbuh, angka pengangguran menurun dan deflasi yang didorong oleh permintaan masih merupakan risiko ikutan yang tidak berarti," ujar Fisher dalam pidatonya sebagaimana dikuti situs berita investing.com, Rabu (15/1/2014).
Dia menambahkan bahwa dirinya mendukung pengetatan lanjutan atas pembelian aset dengan terus menurunkannya secepat mungkin. Menurut Fisher, pembelian obligasi tidak akan menggembosi aset namun otoritas moneter harus mengawasi skenario tersebut.
"Saya ingin menjelaskan bahwa saya tidak termasuk di antara mereka yang berpikir kita berada dalam satu kondisi memiliki saham atau obligasi yang rentan," ujar Fisher.