Bisnis.com, WASHINGTON - Johnson & Johnson, produsen produk kesehatan terbesar dunia, mengatakan perselisihan dengan Boehringer Ingelheim GmbH bisa menyebabkan kekurangan pasokan obat kanker Doxil di pasaran.
Salah satu unit Boehringer di AS berencana menghentikan produksi Doxil di akhir 2013 meskipun mereka masih berutang sejumlah obat. Demikian dilansir Bloomberg, Rabu (2/10), yang mengutip berkas gugatan yang dilayangkan Johnson & Johnson terhadap perusahaan Jerman itu di Pengadilan Delaware.
Johnson & Johnson, alias J&J, sudah mengalami kesulitan memenuhi permintaan obat tersebut dalam 2 tahun terakhir akibat adanya gangguan di pabrik Boehringer yang membuat Doxil. Boehringer, yang berbasis di Ingelheim, Jerman, diklaim tidak memenuhi kuota yang disepakati baik tahun ini maupun tahun lalu. Sepanjang 2012, mereka disebutkan hanya mengirimkan sepuluh paket dari 34 yang dijanjikan.
Produksi Doxil, obat untuk penderita kanker ovarium dan beberapa tumor lainnya, mulai terganggu pada 2011. Ketika itu, Food and Drug Administration (FDA) AS mempertanyakan kualitas pabrik yang memproduksi obat ini. Hal itu memaksa unit Boehringer di Ohio menutup pabriknya.
Selama 20 bulan terakhir, berbagai perusahaan farmasi lain telah diajukan sebagai produsen baru. Namun, J&J menuturkan perusahaan-perusahaan itu tidak akan bisa mendapatkan persetujuan regulator hingga akhir 2014.
Kuasa hukum J&J dari kantor hukum Alza Corp. akhirnya mengajukan gugatan ke pengadilan untuk memaksa Boehringer menyelesaikan kisruh ini di arbitrase. (Bloomberg)