Bisnis.com, JAKARTA - Beberapa waktu lalu, sekitar akhir 2012, ada satu pengamat menulis: Tokoh alternatif fenomenal Gubernur DKI Joko Widodo atau Jokowi, yang namanya masuk beberapa survei, hanya sebuah harapan masyarakat banyak dan segelintir elit. Namun, Jokowi tidak akan bangkit menjadi rival untuk baik Megawati maupun Prabowo. Ataukah, mungkin Jokowi dapat ‘menjodohkan’ kembali Prabowo dengan kandidat PDIP, yang direkomendasikan Megawati?
Rakyat Jakarta masih menikmati ‘bulan-madu’ Jokowi-Ahok menata ibu kota negara. Jadi, jangan ganggu Jokowi dan Ahok. Terobosan ‘tak-biasa’ yang mereka contohkan dalam keterbukaan dan kesederhanaan, sedang memenuhi hausnya rakyat akan tipe pemimpin pengabdi. Blusukan Jokowi sah-sah saja diteladani para Capres.
Analisa itu hendak menggambarkan, Jokowi awalnya bukan siapa-siapa. Namun, jangan diganggu karena memiliki potensi. Jika diganggu, dia akan berubah menjadi seperti membangunkan macan dari tidur. Potensi blusukan, jujur, apa adanya adalah daya pikatnya. Kini, peringatan itu sepertinya diabaikan. Jokowi (dan Ahok) ‘digoyang’. Gayanya blusukan dan pendekatan dalam upaya menata kota banak dikecam orang.
Namun, justru itu, macan tidur itu pun terbangun. Nama Jokowi pun melejit dalam bursa calon presiden Indonesia 2014-2019. Berbagai pooling atau survey langsung menempatkan nama Jokowi bertengger di puncak klasemen polling atau survey tersebut. Bahkan, ada yang bilang, jika pemilu dilakukan hari ini atau besok, Jokowi akan langsung menang tanpa perlawanan berarti.
Pada awalnya, namanya nyaris tidak masuk dalam lima besar. Namanya tenggelam dalam populeritas Megawati Soekarnoputri, Prabowo, Wiranto, Jusuf Kalla, dan Aburizal Bakrie. Bahkan, pada Oktober 2012, hasil survey Lembaga Survei Nasional (LSN), Jokowi bercokol di posisi ketujuh di bawah Mahfud MD.
APA KEUNGGULAN JOKOWI?
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai Joko Widodo memiliki banyak kelebihan. "Jokowi dan Basuki itu clean (bersih), hampir tak ada isu negatif seperti korupsi maupun moral," katanya.
JK mengatakan masyarakat kini memilih calon pemimpin berdasarkan rekam jejak (track record). Dia juga menilai Jokowi memiliki jiwa kepemimpinan yang jelas. Sikap sederhana yang ditunjukkan Jokowi menambah nilai tambah. "Jokowi itu low profile. Masyarakat kini memilih secara personal, tidak terpengaruh dengan partai politik," kata JK.
Ketua Umum PMI itu juga berpendapat masyarakat sudah bosan dengan janji-janji yang diberikan para calon pemimpin tapi tak juga merasakan buktinya.
Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute Hanta Yudha AR ,ada tiga rahasia mengapa Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo unggul di berbagai survei soal calon presiden pada Pemilu 2014.
Pertama, Jokowi yang juga politisi PDI Perjuangan, adalah antitesa pemimpin terdahulu. Jokowi dinilai merakyat dan apa adanya, sementara kebanyakan pemimpin saat ini cenderung menjaga jarak dengan rakyat.
Kedua, alumnus Universitas Gadjah Mada ini memperoleh momentum politik ketika terpilih menjadi orang nomor satu di ibu kota.
Ketiga, mantan Wali Kota Solo ini juga dipandang sebagai politisi yang independen dan tidak tergantung oleh partainya.
"Persepsi publik, Jokowi merupakan sosok yang tidak terlalu formal alias ndeso," ujar Hanta.
Hasil survei calon presiden yang dikutip imparsial.org menahbiskan Joko Widodo sebagai kampium mengalahkan kandidat lain yang memiliki latar belakang militer, seperti Wiranto dan Prabowo. Mantan Wali Kota Surakarta itu muncul sebagai masyarakat sipil yang mampu mengalahkan figur militer.
"Kalau dalam survei yang kami lakukan terhadap tiga nama yaitu Prabowo, Megawati dan Abu Rizal Bakri tanpa nama Jokowi, Prabowo menempati urutan yang paling tinggi. Tapi jika nama Jokowi dimasukkan, Prabowo kalah jauh," kata Pengamat Politik LIPI, Ikrar Nusa Bhakti dalam diskusi publik jelang Pemilu 2014 dengan tema Menimbang Capres Sipil atau (Purn) Militer pada Pemilu 2014 di Kantor Imparsial, Slamet Riyadi, Matraman, Jakarta Timur.
Bahkan, kata Ikrar, Ical leading dibandingkan Megawati, padahal akhir-akhir ini Ical masih kurang menarik perhatian rakyat. "Bodoh sekali kalau Mega mencalonkan diri kembali. Padahal mereka punya kandidat PDIP yang lebih kuat. Hanya Jokowi yang bisa mengalahkan calon-calon presiden militer," ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan Direktur Eksekutif Institute for Transformation Studies (Intrans), Saiful Haq. Saiful mengungkapkan figur kerakyatan seperti Jokowi yang mampu mengalahkan capres militer seperti Prabowo. "Ini hasil dari survei yang ternyata responden lebih memilih sosok presiden yang dekat dengan rakyat," terang Saiful.
Saiful menemukan, ternyata, dari hasil penelitian yang dilakukan, responden memiliki karakter yang berbeda untuk calon presiden dan calon wakil presiden yang dipilih.
Berikut hasil polling sejumlah lembaga survei
Lembaga Klimatologi Politik (LKP):
Nomo | Tokoh | % |
1 | Jokowi | 19,6 |
2 | Wiranto | 18,5 |
3 | Prabowo Subianto | 15,4 |
4 | Jusuf Kalla | 7,6 |
5 | Aburizal Bakrie | 7,3 |
6 | Megawati | 6,1 |
7 | Dahlan Iskan | 3,4 |
8 | Rhoma Irama | 3,4 |
9 | Mahfud Md. | 3,3 |
10 | Hatta Rajasa | 2,5 |
11 | Surya Paloh
| 2,4 |
Pusat Data Bersatu (PDB)
Nama Capres | % |
Joko Widodo | 29,57 |
Prabowo Subianto | 19,83 |
Megawati SP | 13,08 |
Abu Rizal Bakrie | 11,62 |
Jusuf Kalla | 5,47 |
Wiranto | 3,59 |
Hatta Rajasa | 1,2 |
Mahfud MD | 1.2 |
Dahlan Iskan | 1,11 |
Chairul Tanjung | 0,43 |
Marzuki Alie | 0,26 |
Joko Suyanto | 0,09 |
Pramono Edhie Wibowo | 0,09 |
Calon lainnya | 1,11 |
Tidak memilih (Golput) | 0,85 |
Belum menentukan | 10,51 |
IRC (Indonesia Research Center)
Tokoh | % |
Jokowi | 32 |
Prabowo | 8,2 |
Wiranto | 6,8 |
Megawati Soekarnoputri | 6,1 |
Aburizal Bakrie | 3,3 |
Media Survei Nasional (Median)
Tokoh | % |
Jokowi | 92 |
Jusuf Kalla | 9 1,8 |
Megawati | 91,3 |
Aburizal Bakrie | 82,6 |
Prabowo Subianto
| 78,7 |
Survey Nasional CSIS (9-16 April 2013)
Tokoh | % |
Jokowi | 28,8 |
Prabowo Subianto | 15,6 |
Abu Rizal Bakrie | 7,0 |
Megawati | 5,4 |
Jusuf Kalla | 3,7 |
Mahfud MD | 2,4 |
Hatta Radjasa | 2,1 |
Belum punya pilihan | 35 |
Survei CSIS (16-24 Januari 2012)
Tokoh | % |
Megawati | 91,6 |
Jusuf Kalla | 84 |
Wiranto | 73,9 |
Prabowo Subianto | 65,9 |
Aburizal Bakrie
| 61,4 |
Hasil survei CSIS Agustus 2012
Tokoh | % |
Prabowo | 14,5% |
Megawati | 14,4% |
JK | 11,1%, |
ARB | 8,9% |
Wiranto
| 4,1%,
|
Lembaga Survei Nasional (LSN) para Februari 2012
Tokoh | % |
Megawati | 18% |
Prabowo | 17,4% |
ARB | 17,1% |
Wiranto | 10% |
Mahfud MD
| 7,3%.
|
Survei LSN Pada Oktober 2012
Tokoh | % |
Prabowo | 20,1% |
Megawati | 8,8% |
Wiranto | 12% |
ARB | 7,1% |
Sri Sultan | 6,3% |
Mahfud MD | 5,8% |
Jokowi | 4,7% |
Surya Paloh | 3,3% |
Dahlan Iskan | 2,6% |
Hidayat Nur Wahid | 1,7 |
Hatta Radjasa
| 1,2 |
Lembaga Survei Indonesia (LSI) 2-11 Juni 2012
Tokoh | % |
Megawati Soekarnoputri | 18,3% |
Prabowo Subianto | 18% |
Aburizal Bakrie | 17,5% |
Hatta Rajasa | 6,8% |
Ani Yudhoyono
| 6,5%
|
Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) Juni 2012
Tokoh | % |
Prabowo | 25,8% |
Megawati | 22,4% |
JK | 14,9% |
ARB | 10,6% |
Surya Paloh
| 5,2% |