Bisnis.com, JAKARTA--Mantan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini mengaku kalah dalam berperang.
Menurutnya, semua usaha yang dilakukannya selama ini untuk memperbaiki tata kelola migas di Indonesia menjadi tidak berarti dengan statusnya saat ini sebagai tersangka penerima suap terkait lingkup kewenangan SKK Migas.
Ketika ditemui bersama sejumlah wartawan di ruang pengunjung tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Senin (26/8/2013), Rudi yang mengenakan kemeja berwarna putih dilapisi baju tahanan KPK terlihat sedang bersama istri dan anak perempuannya yang sulung.
Dengan mata sedikit berkaca-kaca, Rudi yang terlihat tetap segar mengaku kalau usaha yang selama ini dilakukan menjadi tak berarti hanya karena sedikit tergelincir.
“Perangnya belum mulai. Saya ingin perang menjaga penerimaan negara Rp450 triliun. Namun, ini diguncang dari samping kanan kiri, depan dan belakang dengan Rp10 miliar yang tidak bisa saya tolak. Saya berjuang sendirian di dalam sana. Setiap hari bekerja sejak pukul 06.00 hingga malam jadi sia-sia,” kata Rudi.
Kini, Rudi hanya bisa menerima dan pasrah dengan proses hukum yang sedang berjalan. “Saya bukan malaikat, saya bukan orang suci, tetapi saya tidak pernah memeras kontraktor atau meminta uang kepada mereka. Kalau sekarang ada yang memberi gratifikasi dalam jumlah yang saya pun tidak tahu dan tahu-tahu ada di rumah saya, ya bagaimana,” ujarnya.
Rudi menjelaskan ketika hari penangkapan dirinya di rumah dinas di Jalan Brawijaya 8 No 30, KPK datang secara tiba-tiba.
“Saya tidak tahu ada uang di dalam tas, itu uangnya ditaruh di tas golf dan dia [Ardi] kan datang ke rumah saya hanya sebatas untuk ngobrol, tidak ada kaitannya dengan proyek. Ketika dia di rumah, KPK sudah langsung di pintu,” ceritanya.
Terkait dengan Kernel Oil, Rudi mengaku tidak mengenal Simon (yang diduga memberi suap), tetapi dirinya mengaku kenal dengan salah seorang dari Kernel Oil di Singapura yang dia sendiri lupa namanya.
Menurutnya, pihak Kernel Oil sering berkonsultasi mengenai hal-hal teknis yang terkait dengan minyak.
“Pertemuan saya dengan orang Kernel Oil di Singapura, bukan untuk proyek ini itu tetapi murni soal teknis yang kebetulan waktunya hampir bersamaan. Tetapi tidak ada omongan soal itu [uang suap]," jelasnya.
Kini, dia berharap bisa kembali ke industri migas, tetapi bukan melalui jalur birokrat. Dia ingin menyumbangkan ilmu yang dia punya secara profesional, baik itu dalam asosiasi maupun dunia pendidikan.
“Kalau ada yang mendeskreditkan saya, saya sudah ikhlas. Ikhlas dan tegar karena memang setiap manusia itu akan diuji atas apa yang diucapkan.”