Bisnis.com, JAKARTA -- Tiga orang Mesir tewas selama bentrokan antara pendukung dan penentang Presiden Mohamed Mursi digulingkan Jumat malam, setelah ribuan demonstran berunjuk rasa di kota-kota Mesir menuntut pengembalian pemimpin Islam.
Dua wanita dan seorang anak 13 tahun tewas dan 8 lainnya luka-luka, termasuk satu korban dalam kondisi kritis, dalam bentrokan yang meletus di kota Delta Nil Mansoura. Demikian pernyataan petugas Kementerian Kesehatan setempat yang dikutip Reuters.
Setidaknya 99 orang tewas dalam kekerasan sejak Mursi digulingkan oleh militer pada 3 Juli, lebih dari setengah mereka tewas ketika tentara menembaki demonstran Islam di luar barak Kairo pada 8 Juli. Tujuh orang tewas awal pekan ini dalam bentrokan antarkubu yang berlawanan.
Namun, angkatan bersenjata Mesir yang tampak tidak berminat untuk membuat konsesi, menunjukkan kekuatan di atas langit Kairo.
Delapan jet tempur meraung di atas kota pagi dan sore, sedangkan dua formasi helicopter lainnya, beberapa menarik bendera Mesir, menderu di atas atap-atap.
Sabtu pagi, helikopter militer terlihat menjatuhkan bendera Mesir pada ribuan lawan Mursi yang berkumpul di Tahrir Square, pusat Kairo.
Melambaikan bendera Mesir milik mereka dan potret Mursi berjenggot, anggota Persaudaraan Muslim berbaris di Kairo, Alexandria dan beberapa kota lainnya di sepanjang Delta Nil, mengecam apa yang mereka sebut kudeta militer.
"Kami datang hari ini untuk mengembalikan legitimasi. Kami menganggap apa yang terjadi adalah premanisme sekuler. Ini tidak akan pernah terjadi di negara demokrasi," kata Tarek Yassin, yang melakukan perjalanan ke Kairo dari kota di sebelah selatan, Sohag.
Tentara mencegah pengunjuk rasa mendekati instalasi militer. Ada pula laporan bentrokan kecil, yang mana pasukan menembakkan gas air mata untuk membubarkan demonstran yang mendekati istana presiden di Kairo.
"Kami mengikuti perkembangan protes dan siap untuk semua kejadian atau eskalasi. Mereka (Persaudaraan Muslim) sekarang tahu orang tidak berada di kubu mereka setelah apa yang terjadi selama ini dan pemerintahan mereka berakhir tahun ini," kata seorang pejabat militer yang tak bersedia disebut namanya.
Tentara menolak setiap pembahasan tentang kudeta dan mengatakan mereka harus turun tangan setelah protes besar pada 30 Juni melawan Mursi dikecam oleh banyak kritikus sebagai inkompetensi dan partisan.
Kisruh di Mesir menyerukan konstitusi baru dan pemilihan umum secara cepat, menyusun kabinet sementara yang tidak mengakomodasi anggota Ikhwanul atau partai-partai Islam lain yang menang dalam serangkaian pemilihan setelah jatuhnya Hosni Mubarak pada 2011.