BISNIS.COM, JAKARTA--Hong Kong dan Singapura mencatat lonjakan aset asal luar negeri sebesar 20% atau US$1,2 triliun tahun lalu karena para miliuner Asia lebih memilih menyimpan kekayaan mereka di pusat keuangan Asia ketimbang di Eropa, menurut hasil kajian Boston Consulting Group.
"Pusat keuangan Asia Pasifik seperti Singapura dan Hong Kong diperkirakan menyimpan sebagian besar dari aset dan kekayaan yang disimpan oleh investor negara lain," tulis perusahaan yang berkantor pusat di Boston tersebut dalam sebuah laporan tahunannya soal kekayaan global.
Hong Kong merupakan tempat konsentrasi terbesar dari para miliuner disusul oleh Swiss, menurut hasil survei berhadap 140 perusahaan keuangan yang dipublikasikan kemarin.
Nilai kekayaan Asia di luar Jepang naik 14% menjadi US$28 triliun pada 2012 dan akan melampaui Amerika Utara pada 2017, menurut laporan itu. China akan mengalahkan Jepang untuk menjadi negara terkaya dunia dan diperkirakan akan memiliki lebih banyak keluarga miliuner dibandingkan negara lainnya di Asia pada akhir Desember, menurut Boston Consulting.
Jumlah keluarga miliuner di AS meningkat tahun lalu sekitar 14% menjadi 5,88 juta atau empat kali lebih banyak dari di China atau Jepang. Qatar merupakan tempat konsentrasi keluarga kaya menyimpan aset dengan porsi 14,3% dari keluarga kaya dunia. Qatar diikuti Swiss dan Kuwait.
Singapura yang berada di posisi teratas tahun lalu, sekarang berada di peringkat lima setelah Boston Consulting melakukan perubahan metode untuk memperkirakan kekayaan atas saham dan dana tunai.
Bank-bank swasta yang ada di Asia akan mencatat peningkatan dana asing 18% pada 2017 dari 15% tahun lalu, menurut Boston Consulting. Sedangkan Swiss tetap menjadi pusat penyimpanan kekayaan pribadi terbesar dan proporsi aset yang disimpan di Zurich, Jenewa dan London akan merosot, menurut hasil penelitian tersebut.