Kabar24.com, SURABAYA – PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI, PTPN XII dan Perum Perhutani menggandeng Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) program studi pergulaan dan program studi kehutanan guna mencetak tenaga kerja sesuai kebutuhan kedua industri tersebut.
Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi, Kementerian BUMN, Wahyu Kuncoro mengatakan kerja sama tersebut merupakan bentuk kepedulian BUMN untuk negeri di mana siswa-siswa di ponpes tersebut dapat masuk ke dalam dunia usaha setelah lulus nanti.
“Industri gula maupun kehutanan pasti perlu tenaga kerja baru, tetapi berapa banyak yang dibutuhkan, Perhutani memiliki datanya. Selama ini sudah ada 25 SMK Kehutanan, dan kelulusannya 1.300 orang per tahun nah di ponpes paling tidak mereka bisa dididik ke sektor dunia usaha lalu diserap oleh industri,” jelasnya seusai Penandatangan MoU SMK Gula dan Program Studi Kehutanan, Selasa (22/11/2016).
Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna mengatakan program studi kehutanan di ponpes tersebut merupakan yang pertama kali, di mana sebelumnya dalam ponpes tersebut sudah lebih dulu ada SMK Gula yang diinisiasi oleh Kementerian BUMN.
“Yang akan kami lakukan untuk memulai sekolah kehutanan di ponpes ini yakni melalui Pusdiklat kami akan menyiapkan mata pelajaran apa saja yang digunakan, termasuk untuk prodi tertentu ada tenaga pengajar juga dari perhutani,” ujarnya.
Sementara itu Ketua Yayasan Ponpes Salafiyah Safi’iyah Sukorejo Mudzakkir A. Fattah mengungkapkan setiap tahun ponpes tersebut menerima rerata 3.000 santri sehingga total santri yang belajar di ponpes tersebut sudah mencapai 15.000 orang.
“Tidak semua santri setelah selesai sekolah ini akan menjadi kyai, dan mereka pun butuh skill saat mereka lulus untuk bisa bekerja dan mengenal dunia usaha,” katanya.
Dia mengatakan pihaknya sepakat dengan adanya program studi kehutanan karena beberapa santri yang ada merupakan berasal dari pedesaan yang terletak tidak jauh dari wilayah pegunungan atau hutan.
Menurutnya, banyak santri yang ketika lulus dan bekerja di hutan, mereka tidak memahami dan memiliki pengetahuan tentang hutan.
“Ada santri kami yang bekerja jadi polisi hutan, tetapi ternyata mereka tidak punya pengetahuan hutan itu. Jadi program studi kehutanan ini sangat penting untuk bekal mereka,” katanya.