Bisnis.com, JAKARTA — Negosiator senior Iran Seyed Abbas Araghchi melontarkan kritik tajam terhadap Amerika Serikat (AS) dan Israel yang dinilainya telah menggagalkan upaya diplomasi dalam penyelesaian isu nuklir Iran.
Pernyataan itu disampaikan Araghchi melalui akun media sosial pribadinya, @araghchi, pada Minggu (22/6), di tengah memanasnya ketegangan geopolitik antara Teheran dan negara-negara Barat.
“Pekan lalu, kami sedang bernegosiasi dengan AS ketika Israel memutuskan untuk menghancurkan diplomasi itu. Pekan ini, kami menggelar pembicaraan dengan E3/EU ketika AS yang memutuskan untuk menghancurkannya,” tulis Araghchi, merujuk pada kelompok Eropa yang terdiri atas Inggris, Prancis, dan Jerman serta Uni Eropa.
Lebih lanjut, dia mempertanyakan logika tuntutan Barat terhadap Iran. Namun, aksi yang terjadi justru adanya upaya untuk meningkatkan eskalasi di tengah situasi panas ini.
“Apa kesimpulan yang akan Anda tarik? Bagi Inggris dan Perwakilan Tinggi Uni Eropa, Iran yang harus ‘kembali’ ke meja perundingan. Tapi bagaimana mungkin Iran kembali ke sesuatu yang tidak pernah ditinggalkannya, apalagi menghancurkannya?” sindir Araghchi.
Pernyataan ini muncul di tengah kebuntuan baru dalam negosiasi nuklir yang selama ini difasilitasi oleh Uni Eropa dengan tujuan menghidupkan kembali Kesepakatan Nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
Baca Juga
Kesepakatan tersebut sebelumnya ditinggalkan secara sepihak oleh AS pada 2018 di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump dan sejak itu berbagai upaya diplomatik mengalami pasang surut.
Iran berulang kali menegaskan bahwa mereka tetap berada dalam kerangka perjanjian dan bersedia bernegosiasi selama pendekatan dilakukan secara adil dan setara.
Namun, serangan udara Israel ke sejumlah fasilitas strategis Iran pekan lalu, serta keterlibatan militer AS dalam eskalasi terbaru di kawasan, disebut-sebut telah merusak momentum diplomasi yang sedang berlangsung.
Sinyal frustrasi Iran terhadap dinamika diplomatik ini juga mencerminkan kekhawatiran lebih luas mengenai stabilitas regional. Para pengamat menilai bahwa pernyataan Araghchi menunjukkan keinginan Teheran untuk menegaskan posisi bahwa Iran bukanlah pihak yang menghambat perundingan, melainkan korban dari intervensi luar yang bersifat destruktif.
Hingga saat ini, belum ada respons resmi dari pihak AS maupun E3/EU terkait unggahan Araghchi tersebut. Namun, pernyataan itu dipandang sebagai isyarat bahwa kepercayaan Iran terhadap proses negosiasi internasional saat ini kian menipis, terlebih di tengah konflik terbuka yang tengah berlangsung antara Iran dan Israel.