Bisnis.com, JAKARTA - Perseteruan antara Presiden AS Donald Trump dan Harvard disebut bermula dari penolakan.
Melansir Independent, penulis biografi Trump, Michael Wolff, mengatakan bahwa kemarahan Trump terhadap Harvard diduga bisa dipicu karena Harvard menolak sang presiden sebagai mahasiswanya.
Namun ada juga isu yang menyebutkan-yang juga dilaporkan oleh The Daily Beast-telah menyebar di Gedung Putih bahwa perseteruan tersebut disebabkan karena Barron Trump.
Di media sosial beredar kabar bahwa Donald Trump telah mengarahkan pandangannya pada institusi Ivy League tersebut karena putranya, Barron, tidak diterima di Harvard.
Kemudian Wolff menyatakan bahwa bukan Barron, tapi Trump sendirilah yang tidak diterima masuk ke Harvard.
Hal ini juga didasarkan atas bantahan Melania mengenai isu bahwa Barron telah ditolak oleh Harvard. Ibu negara itu mengatakan Barron tidak pernah mendaftar.
Baca Juga
Diketahui saat ini Barron telah berkuliah di Universitas New York (NYU) dan akan lulus pada 2028.
Wolff memaparkan teorinya tentang presiden pada Kamis (29/5/2025) di The Daily Beast Podcast yang dipandu oleh Joanna Coles.
“Aneh juga karena banyak orang di sekitar Donald Trump kuliah di universitas Ivy League. Beberapa dari mereka kuliah di Harvard Business School. Jelas, JD Vance dengan bangga kuliah di Yale. Jadi memang tampak aneh," kata Coles.
Kemudian Wolff menjawab bahwa kemarahan tersebut bisa jadi dipicu karena alasan "telah ditolak kampus sebagai mahasiswa".
“Namun, hal lainnya adalah, omong-omong, dia tidak diterima di Harvard. Jadi, salah satu hal yang dilakukan Trump adalah selalu menyimpan dendam terhadap Ivy League,” kata Wolff dikutip dari The Independent, Senin (2/6).
Adapun diketahui Donald Trump berkuliah di University of Pennsylvania.
Menanggapi pernyataan dari Wolff, juru bicara Gedung Putih Taylor Rogers langsung mengecam pernyataan The Daily Beast.
"The Daily Beast dan Michael Wolff memiliki banyak kesamaan-mereka berdua menyebarkan berita palsu untuk clickbait dalam upaya yang sia-sia untuk menjadi pecundang yang suka berbohong," katanya.
Rogers kemudian menegaskan bahwa Trump tidak perlu mendaftar ke Harvard untuk menjadi seseorang yang sukses.
"Presiden tidak perlu mendaftar ke lembaga yang dinilai terlalu tinggi dan korup seperti Harvard untuk menjadi pengusaha yang sukses dan Presiden yang paling transformatif dalam sejarah," lanjutnya.
Meskipun memang belum dapat dipastikan apakah Trump pernah mendaftar ke Harvard. Hingga saat ini tidak ada biografi yang diterbitkan yang mengklaim bahwa Presiden AS tersebut pernah mendaftar ke Harvard.