Bisnis.com, JAKARTA - Ribuan mahasiswa asing Harvard University menghadapi ketidakpastian setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mencabut kemampuan Harvard menerima mahasiswa dari Luar Negeri.
Mengutip Reuters, Harvard kini memiliki hampir 7.000 mahasiswa internasional, mewakili sebanyak 27% dari total pendaftarannya. Keputusan Trump pun kemudian diblokir sementara oleh seorang hakim di AS, hanya beberapa jam setelah Harvard mengajukan gugatan di peradilan Federal Boston.
Para mahasiswa internasional mengatakan bahwa mereka sudah menghadapi penundaan dalam proses aplikasi visa AS mereka sejak hari Kamis.
Kemudian, menurut grup pesan pribadi mahasiswa asing yang dilihat oleh Reuters, seorang mahasiswa diberitahu oleh pewawancara visa bahwa permohonan visa mereka ditangguhkan untuk proses administratif tambahan karena perkembangan terbaru. Padahal dokumen yang diperlukan sudah lengkap. Mereka diberitahu bahwa proses ini bisa memakan waktu hingga 60 hari.
“Semuanya masih dalam ketidakpastian sekarang, dan kami hanya bisa menunggu dan melihat,” ujar mereka.
Mahasiswa Harvard asal Pakistan yang juga menjabat sebagai salah satu ketua badan mahasiswa, Abdullah Shahid Sial, mengatakan bahwa beberapa mahasiswa sudah mempertimbangkan untuk pindah ke universitas lain.
Baca Juga
Alasan Trump Larang Harvard Terima Mahasiswa Asing
Trump sebelumnya telah menyerang universitas Ivy League, termasuk Harvard, dengan menuduh mereka mendorong ideologi anti-Amerika, Marxis, dan “radikal kiri.”
Keputusan Trump untuk memberikan larangan penerimaan mahasiswa asing ini juga diduga karena alasan Harvard menolak tuntutan pemerintah untuk mengawasi proses penerimaan mahasiswa dan perekrutan staf.
Penolakan tersebut membuat Trump menuduh Harvard telah menjadi pusat antisemitisme dan "ideologi woke".
Menteri Keamanan Dalam Negeri AS Kristi Noem mengatakan pelarangan terhadap Harvard menjadi "peringatan bagi seluruh universitas dan institusi akademik di AS", katanya dalam program Fox News.
"Tentu saja, ini seharusnya menjadi peringatan bagi setiap universitas lain untuk bertindak tepat," kata Noem dikutip dari The Hill.
Peringatan ini juga mencakup Tindakan kampus yang dianggap "memusuhi" mahasiswa Yahudi dan mendukung Hamas.
"Bersikap yang benar, karena kami akan memastikan bahwa program-program ini, bahwa Anda memfasilitasi lingkungan tempat mahasiswa dapat belajar, tempat mereka aman, dan bahwa mereka tidak didiskriminasi berdasarkan ras atau agama mereka," tambah Noem.