Bisnis.com, JAKARTA - Presiden AS Donald Trump mendesak Israel harus membatalkan gencatan senjata dengan Hamas jika sandera tidak dikembalikan akhir pekan ini.
Pernyataan Trump menimbulkan kekhawatiran mengenai keberlangsungan gencatan senjata selama enam minggu di Gaza.
"Jika semua sandera tidak dikembalikan pada Sabtu pukul 12 siang — saya pikir ini waktu yang tepat — saya akan mengatakan batalkan saja dan semua taruhan dibatalkan dan biarkan kekacauan terjadi," kata Trump dikutip dari Bloomberg pada Selasa (11/2/2025).
Trump berbicara beberapa jam setelah Hamas mengumumkan penundaan tanpa batas waktu pembebasan sandera Israel berikutnya yang akan terjadi akhir pekan ini.
Kelompok yang didukung Iran itu menuduh Israel menunda kembalinya warga Gaza ke utara wilayah yang dilanda perang, melepaskan tembakan di berbagai bagian jalur itu dan menolak masuknya pasokan bantuan.
Israel mengatakan pengumuman Hamas merupakan pelanggaran gencatan senjata dan militer negara itu disiagakan dengan ketat. Nilai mata uang Shekel jatuh, melemah 0,5% terhadap dolar pada hari Senin, penurunan terbesar sejak akhir Januari.
Baca Juga
Beberapa jam kemudian Hamas melunakkan pendiriannya, dengan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka ingin memberi mediator waktu yang cukup untuk menekan Israel agar patuh sehingga pertukaran tahanan berikutnya dapat berjalan sesuai rencana.
Gencatan senjata enam minggu disetujui bulan lalu dan akan berakhir pada awal Maret. Selama waktu itu, Hamas setuju untuk membebaskan 33 dari sekitar 100 sandera yang tersisa di Gaza, sementara Israel mengatakan akan membebaskan sekitar 2.000 warga Palestina dari penjara Israel.
Tiga sandera dan sekitar 180 tahanan dibebaskan pada hari Sabtu, pertukaran terbaru. Masih ada 17 tawanan yang akan dibebaskan dari Gaza berdasarkan fase gencatan senjata saat ini.
Israel dan Hamas baru saja memulai pembicaraan tingkat rendah tentang tahap kedua, yang dimaksudkan untuk mengakhiri permusuhan secara permanen. Pembicaraan tersebut dimediasi oleh AS, Qatar, dan Mesir.
Hamas adalah kelompok yang didukung Iran dan ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh AS dan banyak negara lain.
Trump juga mengatakan bahwa ia akan mempertimbangkan untuk menghentikan bantuan asing ke Yordania dan Mesir jika mereka tidak setuju dengan rencananya untuk menerima pengungsi Palestina dari Jalur Gaza sehingga AS dapat melakukan pembangunan kembali secara besar-besaran di wilayah yang dilanda perang tersebut.
"Saya mungkin akan menghentikan bantuan jika mereka tidak setuju," kata Trump.
Dalam sebuah wawancara dengan Fox News yang ditayangkan pada Senin waktu setempat, Trump mengindikasikan bahwa warga Palestina mungkin tidak memiliki hak untuk kembali ke Jalur Gaza berdasarkan rencananya untuk mengambil alih kendali dan membangun kembali wilayah tersebut.
"Tidak, mereka tidak akan melakukannya, karena mereka akan mendapatkan perumahan yang jauh lebih baik," kata Trump dalam wawancara dengan Bret Baier dari Fox News Channel, ketika ditanya apakah warga Palestina akan memiliki hak untuk kembali. "Dengan kata lain, saya berbicara tentang membangun tempat tinggal permanen bagi mereka karena jika mereka harus kembali sekarang, akan butuh waktu bertahun-tahun sebelum Anda bisa melakukannya - tempat itu tidak layak huni."
Trump awalnya melontarkan gagasan untuk mengambil alih Jalur Gaza dalam sebuah konferensi pers setelah pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu minggu lalu.
Para pembantunya berusaha mengecilkan rencananya. Mereka bersikeras bahwa Trump tidak mengerahkan pasukan AS ke wilayah tersebut atau menjanjikan uang Amerika untuk pembangunan kembali Gaza.
Sementara itu, pembantu Trump lainnya menggambarkan rencana itu sebagai cara untuk menekan negara-negara, termasuk Yordania dan Mesir, agar menerima warga Palestina. Namun Trump telah menegaskan kembali rencananya beberapa kali sejak saat itu.
"Kita akan membangun komunitas yang aman, sedikit jauh dari tempat mereka berada, tempat semua bahaya ini berada," kata Trump dalam wawancara dengan Fox News.
Dia mengatakan, selama waktu pembangunan ulang itu, dirinya pun akan memiliki daerah Gaza. Trump menganggapnya sebagai pengembangan real estat untuk masa depan.
Namun, dia tidak menjelaskan apakah yang dia maksud adalah dia akan memiliki Gaza dalam perannya sebagai presiden AS atau sebagai pengembang real estat.
Kemudian pada Senin, Trump mengatakan bahwa dia telah berbicara dengan banyak warga Palestina yang ingin meninggalkan Gaza jika mereka dapat menemukan tempat tinggal.
Rencana Trump untuk Gaza diperkirakan akan menjadi salah satu topik pembicaraan ketika Raja Yordania Abdullah II mengadakan pertemuan terjadwal dengannya di Washington pada hari Selasa.
"Saya telah berbicara dengan berbagai pemimpin dari berbagai negara di wilayah yang tidak terlalu jauh dari tempat kita berbicara tentang Jalur Gaza. Dan saya pikir mereka sangat positif tentang penyediaan lahan," kata Trump