Bisnis.com, JAKARTA — Perhimpunan Dokter Pembiayaan Jaminan Sosial dan Perasuransian Indonesia (Perdokjasi) menargetkan Indonesia akan mempunyai program studi baru, yakni S2 Kedokteran Asuransi pada 2028 mendatang. Prodi ini pun akan menjadi kurikulum pertama di Tanah Air.
Ketua Pengurus Pusat Perdokjasi Wawan Mulyawan menjelaskan bahwa pada dasarnya, kedokteran asuransi merupakan keilmuan dan bukan profesi.
Terlebih, dia mengungkap bahwa kedokteran asuransi adalah ilmu yang sudah ada di negara berkembang dan establish. Sayangnya, di Indonesia sama sekali belum dikaji sebagai sebuah keilmuan dan lebih condong pada base practice di industri asuransi.
“Diharapkan dengan kedokteran asuransi yang kita kembangkan melalui pendidikan yang formal di level magister bisa memberikan wawasan yang jauh lebih luas kepada dokter-dokter yang ingin menggeluti bidang yang terkait dengan asuransi,” kata Wawan saat ditemui Bisnis seusai Rapat Kerja di Kantor Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Jakarta, Minggu (19/1/2025).
Secara paralel, Wawan menjelaskan bahwa nantinya Perdokjasi akan menyusun naskah akademi dan melakukan sosialiasi ke berbagai pihak.
Pada tahap pertama, Perdokjasi akan menyiapkan naskah akademik S2 Kedokteran Asuransi. Kedua, melakukan advokasi ke semua pemangku kepentingan, mulai dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, pelaku industri, dan akademisi.
“Kami nanti akan advokasi ke lembaga pendidikan universitas, bagaimana seorang dokter yang ingin mempelajari ilmu kedokteran asuransi memahami bahwa ada kaitan antara penyakit ataupun pola penyakit, treatment pada penyakit dengan aspek pembiayaannya,” jelasnya.
Pasalnya, Wawan menjelaskan bahwa pada dasarnya pembiayaan mempunyai berbagai penilaian dan kajian yang secara spesifik, sehingga perlu dipahami satu per satu.
Untuk itu, Perdokjasi berharap dalam kurun 2–3 tahun ke depan, Indonesia menerima mahasiswa baru untuk prodi S2 Kedokteran Asuransi. Nantinya, lanjut Wawan, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, terutama di Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas berpeluang besar memiliki kurikulum ini.
“[Sekitar] 2027 atau 2028, tergantung administrasi dan birokrasi yang harus kita lewati, kadang-kadang nggak bisa dipercepat juga dari sisi mereka walaupun kita pengin cepat,” ungkapnya.
Sementara itu, Dewan Pakar Perdokjasi sekaligus Guru Besar Universitas Indonesia Herkutanto menyebut bahwa terdapat peluang yang besar dalam melaksanakan peningkatan kompetensi para dokter di bidang Kedokteran Asuransi.
Apalagi, kata Herkutanto, penerapan ilmu kedokteran untuk kepentiungfan industri asuransi juga mulai berkembang di luar negeri. Di mana, pendidikan Kedokteran Asuransi telah mulai berkembang sejak 25 tahun yang lalu.
“Namun, belum ada pendidikan Kedokteran Asuransi [Insurance Medicine] di Indonesia,” kata Herkutanto.
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa Kedokteran Asuransi menggunakan ilmu kedokteran yang diterapkan di bidang asuransi, baik jiwa, kerugian, maupun kesehatan.
Perlu diketahui, Perdokjasi didukung oleh jajaran Dewan Pengawas dan Dewan Pakar yang terdiri atas tokoh-tokoh senior di bidang kedokteran dan pembiayaan kesehatan. Organisasi ini memiliki visi besar untuk memainkan peran aktif dalam mendukung penguatan sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia.
Adapun, Perdokjasi memiliki lima bidang utama yang mencakup organisasi dan keanggotaan, hukum dan advokasi, hubungan kelembagaan dan masyarakat, kajian dan publikasi ilmiah, serta pelatihan dan pengembangan SDM kedokteran.
Dengan struktur ini, Perdokjasi bertujuan menjadi mitra strategis bagi pemerintah, BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, industri perasuransian, dan pemangku kepentingan lainnya dalam merumuskan kebijakan pembiayaan kesehatan yang berkelanjutan.