Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir membacakan dua pantun dalam rapat kerja terakhirnya dengan Komisi VI DPR RI.
Erick mengatakan bahwa Komisi VI telah berkontribusi dalam menjaga kelancaran jalan pemerintahan, khususnya sebagai mitra dalam penerapan prinsip check and balance.
“Kami dari Kementerian BUMN mengucapkan terima kasih atas dukungannya,” ujar Erick dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Rabu (11/9/2024).
Ucapan perpisahan juga disampaikan Ketua Umum PSSI ini melalui Instagram. Dalam unggahan di akun @erickthohir, dia menuturkan bahwa dalam lima tahun terakhir, Komisi VI DPR telah menjadi mitra yang solid dalam mengawal kinerja kementerian.
“Tiba saatnya menghadiri rapat kerja terakhir dengan Komisi VI DPR. Dalam kurun waktu lima tahun ini teman-teman di DPR tidak hanya menjadi mitra kerja yang solid, juga sebagai mitra yang mengawal dan mengawasi kinerja kementerian,” ujarnya.
Dalam rapat kerja tersebut, Erick juga membacakan dua pantun sebagai tanda perpisahan dengan para anggota Komisi VI DPR. Berikut petikannya:
Baca Juga
Masuk Senayan mengucap salam
Sebelum kita berbaris rapi
Terima kasih untuk Komisi VI
Atas sinergi yang bermanfaat bagi negeri
***
Ke Pulau Seribu mendayung sampan
Sampai di sana membakar ikan
Jika ada kata dan perbuatan yang kurang berkenan
Izinkan mohon maaf kami sampaikan
Erick Thohir, selaku Menteri BUMN ke-9 ini diketahui akan purnatugas pada Oktober 2024. Semenjak didapuk sebagai nakhoda Kementerian BUMN pada 2019, banyak pencapaian dan transformasi yang ditorehkan adik Garibaldi ‘Boy’ Thohir tersebut.
Salah satunya adalah menyetorkan dividen terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Berdasarkan laporan Kementerian Keuangan, dividen yang masuk dalam pos Kekayaan Negara Dipisahkan (KND) mencapai Rp82,06 triliun pada 2023, tumbuh 102,13% year-on-year (YoY).
Seolah tak puas dengan hasil itu, dia membidik setoran dividen BUMN tembus Rp85,8 triliun pada 2024. Kementerian BUMN pun berkomitmen melanjutkan proses transformasi baik dari sisi model bisnis maupun sikap adaptif terhadap segala perubahan ke depan.
Pencapaian Erick tidak diraih dalam semalam. Banyak pembenahan fundamental yang dilakukan mantan Presiden Klub Inter Milan ini sejak menjabat Menteri BUMN.
Awalnya, dia melihat ada tiga masalah utama yang melingkungi Kementerian BUMN. Pertama, organisasi cenderung birokratis; kedua organisasi terlalu besar dan tidak fokus; dan ketiga tidak ada satu nilai yang mengikat.
Berangkat dari tiga poin masalah itu, Erick mulai memangkas birokrasi di tubuh Kementerian BUMN dengan membuat perubahan tata kelola secara signifikan dan lebih efisien.
Dia kemudian membentuk tim berdasarkan pola kerja korporasi guna memudahkan koordinasi antara perusahaan pelat merah dengan Kementerian BUMN. Tim ini membidangi sejumlah urusan, mulai dari hukum, sumber daya manusia, hingga teknologi dan informasi.
Sejak 2019 pula, pengelolaan portofolio BUMN tidak lagi dilakukan di bawah deputi, melainkan dipegang langsung oleh Wakil Menteri BUMN yang terbagi atas 12 klaster.
Untuk mewujudkan less bureaucracy, Erick kemudian menyederhanakan peraturan menteri yang mengatur tata kelola BUMN dari semula 45 menjadi hanya 3 peraturan.
Penataan ulang regulasi bertujuan mengantisipasi perubahan secara global, tetapi memiliki landasan hukum agar bisnis yang dijalankan BUMN tetap relevan dan menganut kehati-hatian.
Erick juga mereformasi standar manajemen risiko untuk seluruh perusahaan pelat merah, dengan pemetaan berdasarkan kategori BUMN, ukuran, dan kompleksitas masing-masing.
Dengan adanya pengaturan terkait standar manajemen risiko, manajemen BUMN diharapkan semakin sensitif dalam menjalankan mitigasi atas kegiatan usahanya. Pun sebagai upaya menghindari penyalahgunaan wewenang, fraud, dan hal lain yang melemahkan kinerja.
“Untuk memastikan strategi transformasi berjalan, saya membentuk strategic delivery unit atau SDU. Tugasnya mengawasi tercapainya 88 proyek strategis di bawah Menteri BUMN dan hasilnya efektif,” kata Erick.