Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pahlawan Perempuan Indonesia yang Jarang Diketahui, Dari Zaman Kerajaan Hingga Kemerdekaan

Opu Daeng Risadju dan Rohana Kudus merupakan pahlawan perempuan yang berkontribusi pada kecerdasan bangsa.
Rohana Kudus menjadi pahlawan perempuan dari Sumatra
Rohana Kudus menjadi pahlawan perempuan dari Sumatra

Bisnis.com, JAKARTA – Banyak perempuan tonggak pergerakan Indonesia yang namanya tidak tercatat dalam sejarah. Sejak zaman kerajaan hingga revolusi kemerdekaan, perempuan masih dipandang sebelah mata.

Disebutkan bahwa terdapat 206 pahlawan nasional Indonesia. Hanya 16 di antaranya merupakan perempuan.

Seiring dunia bergerak menjadi lebih modern, kini masyarakat dapat mencari tahu lebih jauh mengenai perjuangan perempuan Indonesia–baik dalam mempertahankan kerajaan mereka sendiri, memperjuangkan emansipasi perempuan, hingga ikut serta langsung dalam revolusi.

Berikut adalah 4 pahlawan perempuan Indonesia:

1. Tribhuwanatunggadewi

Tribhuwanatunggadewi adalah penguasa ketiga Kerajaan Majapahit. Dia merupakan anak dari Raden Wijaya dan Gayatri. Gayatri sendiri seharusnya menggantikan takhta Raden Wijaya, tetapi karena dia memilih untuk menjadi petapa Buddha, maka digantikan oleh Tribhuwanatunggadewi. Dia memerintah selama tahun 1328–1351.

Menurut catatan sejarah, Tribhuwanatunggadewi berhasil membawa Majapahit ke awal masa kejayaan. Dia turun tangan sebagai panglima perang untuk menumpas pemberontakan Sadeng-Keta, didampingi oleh Gajah Mada, Ra Kembar, dan Adityawarman.

Pada tahun 1334, Gajah Mada–yang diangkat menjadi panglima Majapahit–membuat Sumpah Palapa. Dia bersumpah untuk menguasai Nusantara di bawah Majapahit, dan kelak berhasil melakukannya. Di tahun yang sama, Tribhuwanatunggadewi melahirkan Hayam Wuruk, yang membawa Majapahit ke zaman keemasan.

2. Ratu Kalinyamat

Ratu Kalinyamat merupakan penguasa Jepara saat Islam mengalami masa perkembangan di Nusantara. Dia dikenal sebagai seorang patriot dan ahli strategi maritim dalam sejumlah perang melawan Portugis. 

Ratu Kalinyamat memiliki nama asli Ratna Kencana, anak dari sultan Demak ketiga. Menikah dengan Pangeran Kalinyamat, dia pun mendapat gelar Ratu Kalinyamat. Setelah sang pangeran meninggal, dia menjadi Bupati Jepara.

Ratu Kalinyamat memulihkan kondisi ekonomi Jepara yang sempat hancur setelah perang. Dia berhasil mengembalikan kota Jepara sebagai pusat perdagangan lokal hingga menguatkan keunggulan maritim kota tersebut.

Ratu Kalinyamat juga membantu berbagai daerah untuk membebaskan diri dari Portugis dengan mengirim ratusan kapal berisi ribuan pasukan. Antara lain adalah bantuan untuk Sultan Johor (1550) dan Sultan Aceh (1573–1574) di Malaka, serta orang Hitu di Ambon (1565).

3. Opu Daeng Risadju

Opu Daeng Risadju (1880–1964) adalah politisi asal Palopo, Sulawesi Selatan. Dia melakukan perlawanan terhadap Belanda saat Revolusi Nasional.

Opu Daeng Risadju mulai aktif di Partai Syarekat Islam Indonesia (PSII) setelah pindah ke Pare-Pare bersama suaminya. Hingga akhirnya, mereka berdua membuka cabang PSII di Palopo. Opu Daeng Risadju pun dipilih menjadi ketua cabang tersebut.

Selama masa pendudukan Jepang, organisasi pergerakan dilarang. Maka, Opu Daeng Risadju kembali aktif pada masa revolusi, di mana dia mendapat dukungan besar dari masyarakat setempat. Belanda yang merasa terancam pun mencabut gelar bangsawan Opu Daeng Risadju dan menangkapnya.

Opu Daeng Risadju ditahan tanpa diadili di Watampone, kemudian dipindahkan ke Bone, Sengkan, dan Bajo. Akhirnya, dia dibebaskan setelah 11 bulan. 

4. Rohana Kudus

Rohana Kudus (1884–1972) adalah jurnalis pertama di Indonesia. Berasal dari Koto Gadang, Sumatra Barat, dia merupakan anak dari Kepala Jaksa Hindia Belanda yang mengajarkannya membaca dan menulis.

Rohana Kudus aktif berorganisasi, mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia yang mengajarkan keterampilan di luar tugas rumah tangga bagi perempuan. Dia juga mendirikan surat kabar Sunting Melayu, dengan tujuan meningkatkan edukasi perempuan Indonesia yang tidak bisa berbahasa Belanda.

Dia juga memimpin surat kabar Perempuan Bergerak, redaktur surat Kabar Radio, dan surat kabar Cahaya Sumatra. Dia mendirikan Roehana School di Bukittinggi dan mengajar di sekolah Dharma Putra. Di sini, dia mengajar banyak mata pelajaran–agama, politik, bahasa Belanda, hingga teknik menulis jurnalistik.

Rohana juga aktif dalam politik, membuat tulisan-tulisan pergerakan, membuat badan sosial untuk para gerilyawan, hingga menyelundupkan senjata di balik sayur dan buah. (Ilma Rayhana)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Redaksi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper