Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Prancis mendesak warga negaranya di Iran dan Lebanon untuk meninggalkan negara-negara tersebut karena adanya risiko eskalasi militer di Timur Tengah.
Dilansir dari reuters, Kementerian meminta warganya di Lebanon, terutama mereka yang melakukan perjalanan ke sana, untuk segera menumpang penerbangan komersial yang tersedia untuk pulang.
Air France mengatakan pada hari Sabtu bahwa pihaknya dan afiliasinya Transavia memperpanjang penangguhan penerbangan antara Paris dan Beirut hingga setidaknya 6 Agustus.
Ketegangan meningkat menyusul pembunuhan pemimpin kelompok Palestina Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada hari Rabu, sehari setelah serangan Israel di Beirut menewaskan Fuad Shukr, seorang komandan militer penting dari kelompok bersenjata Hizbullah Lebanon.
Menteri Luar Negeri Prancis Stephane Sejourne dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyampaikan keprihatinan mereka atas meningkatnya gesekan di Timur Tengah melalui panggilan telepon pada hari Sabtu.
Diberitakan Bisnis sebelumnya, pejabat di Washington dan Yerusalem memperkirakan bahwa Iran dan pendukungnya kemungkinan meluncurkan serangan balasan ke Israel paling cepat besok, Senin (5/8/2024).
Baca Juga
Menurut situs berita Axios, serangan itu akan dilakukan sebagai balasan atas pembunuhan Kepala militer Hizbullah Fuad Shukr dan Kepala Hamas Ismail Haniyeh, pada pekan lalu.
Kepala Komando Pusat Amerika Serikat (AS) Jenderal Michael Kurilla, dilaporkan telah tiba di Timur Tengah kemarin, dalam perjalanan yang direncanakan bertepatan dengan persiapan pertahanan untuk ancaman serangan Iran.
Pentagon mengatakan bahwa pihaknya sedang memindahkan skuadron jet tempur ke Timur Tengah dan memelihara sebuah kapal induk di wilayah tersebut, pada Jumat (2/8/2024).