Bisnis.com, JAKARTA — Sambutan anggota parlemen Amerika Serikat terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat menyampaikan pidato di Kongres Amerika Serikat, Rabu (24/7/2024) waktu setempat, menjadi sorotan.
Salah satu kritikan atas sambutan itu datang dari pemerhati politik dan influencer tenar asal Amerika Serikat Jackson Hinkle. Dia bahkan mengunggah video yang menyandikan sambutan anggota parlemen AS terhadap Netanyahu dengan video masyarakat Palestina yang menderita akibat serangan Israel.
Video itu diunggah Hinkle di akun X (sebelumnya Twitter), @jacksonhinkle, pada Kamis (25/7/2024) 03.06 WIB. Hingga pukul 11.00 WIB, video tersebut sudah disaksikan oleh sekitar 560.000 pengguna X, dikomentari 1.000 kali dan disukai oleh 31.000 akun.
Hinkle tidak memberikan pernyataan dalam unggahan tersebut. Dia hanya memberikan ikon ‘patah hati’ dan bendera Palestina.
— Jackson Hinkle (@jacksonhinklle) July 24, 2024
Kehadiran Netanyahu di hadapan anggota parlemen di Kongres AS juga sebelumnya menuai kritik dari mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi. Menurut Pelosi, Netanyahu memberikan pidato terburuk yang pernah dilakukan oleh seorang pejabat asing di Kongres AS.
“Presentasi Benjamin Netanyahu di DPR hari ini merupakan presentasi terburuk dari semua pejabat asing yang diundang dan diberi kehormatan untuk berpidato di Kongres Amerika Serikat,” kata Pelosi melalui platform media sosial X pada Rabu (24/7/2024) waktu setempat.
Sejumlah anggota parlemen, termasuk Pelosi, dan sederet nama besar Partai Demokrat juga memilih tidak menghadiri pidato tersebut.
Alasannya, kata Pelosi, masih ada keluarga sandera yang ditahan di Jalur Gaza dan sedang mengupayakan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Pelosi mengatakan dia berharap Netanyahu akan menghabiskan waktunya untuk berupaya mencapai gencatan senjata.
Seperti diketahui, serangan militer Israel terjadi setelah serangan Hamas pada 7 Oktober. Israel mengeklaim, serangan itu menewaskan 1.200 orang dan Hamas menyandera sekitar 250 orang.
Sejak saat itu, Israel melancarkan serangan brutal, terutama di Gaza dan menyebabkan lebih dari 38.800 warga Palestina, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas, sedangkan lebih dari 89.400 lainnya luka-luka.
Meskipun ada upaya mediasi oleh Amerika Serikat, Qatar dan Mesir; Israel dan Hamas belum menjalin gencatan senjata permanen.