Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Janji Blinken ke Netanyahu: AS Segera Cabut Pembatasan Pasokan Senjata ke Israel

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berjanji kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menghapus pembatasan pasokan senjata ke Israel.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken memberi kesaksian di depan sidang Komite Alokasi Senat mengenai permintaan dana tambahan keamanan nasional senilai US$106 miliar dari Presiden Biden untuk mendukung Israel dan Ukraina, serta meningkatkan keamanan perbatasan, di Capitol Hill di Washington, AS, 31 Oktober 2023. REUTERS /Kevin Lamarque
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken memberi kesaksian di depan sidang Komite Alokasi Senat mengenai permintaan dana tambahan keamanan nasional senilai US$106 miliar dari Presiden Biden untuk mendukung Israel dan Ukraina, serta meningkatkan keamanan perbatasan, di Capitol Hill di Washington, AS, 31 Oktober 2023. REUTERS /Kevin Lamarque

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken berjanji kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa Washington akan menghapus semua pembatasan pasokan senjata ke Israel dalam beberapa hari mendatang.

Berdasarkan laporan Channel 12, selama pertemuan keduanya di Yerusalem pada pekan lalu, Netanyahu menuntut agar frekuensi pengiriman senjata AS ke Israel kembali ke tingkat sebelumnya, dan menyatakan bahwa AS pada praktiknya selama ini telah menghentikan dukungan militernya dalam perang melawan Hamas.

Netanyahu berargumen bahwa lambatnya pemberian bantuan senjata akan berdampak pada serangan Iran dan sekutunya di wilayah tersebut, termasuk Hamas dan Hizbullah, sehingga memperluas perang dan meningkatkan risiko meluasnya perang ke bidang-bidang baru.

Setelah janji Blinken, Netanyahu mengatakan kepada Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, Menteri Urusan Strategis Ron Dermer dan Penasihat Keamanan Nasional Tzachi Hanegbi untuk memastikan bahwa transfer senjata telah dipulihkan sepenuhnya selama pertemuan mendatang dengan para pejabat AS di Washington.

Dilansir Times of Israel, Presiden AS Joe Biden belum lama ini mengancam bahwa sejumlah transfer tambahan akan dibekukan jika Israel melancarkan serangan besar-besaran yang direncanakan di Rafah. Di sisi lain, Netanyahu bersumpah bahwa jika itu terjadi maka Israel siap berdiri sendiri.

Saat itu, Gedung Putih menunda pengiriman bom seberat 2.000 dan 500 pon karena kekhawatiran bahwa IDF dapat menggunakannya dalam serangan ke Rafah yang padat penduduknya, seperti yang terjadi di wilayah lain di Gaza.

Namun dalam laporan yang sangat dinanti-nantikan kepada Kongres beberapa pekan kemudian, pemerintahan Biden mengatakan mereka menemukan jaminan Israel yang kredibel dan dapat diandalkan bahwa mereka akan menggunakan senjata AS sesuai dengan hukum kemanusiaan internasional, yang memungkinkan transfer senjata Amerika lebih lanjut di tengah perang Israel dengan Hamas di Gaza.

Sementara itu, Washington Post melaporkan bahwa dua tokoh penting Partai Demokrat AS telah setuju untuk mendukung penjualan senjata besar-besaran ke Israel yang mencakup 50 jet tempur F-15, pada Senin malam (17/6/2024). 

Perwakilan Demokrat yakni Gregory Meeks dan Senator Ben Cardin telah menandatangani kesepakatan tersebut di bawah tekanan besar dari pemerintahan Biden setelah selama berbulan-bulan menunda penjualan tersebut. 

Direktur Komunikasi Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS Eric Harris mengatakan bahwa masalah tersebut telah teratasi oleh Ketua Cardin. 

“Masalah atau kekhawatiran apapun yang telah ditangani oleh Ketua Cardin melalui konsultasi berkelanjutan kami dengan pemerintah, dan itulah mengapa dia merasa pantas untuk membiarkan kasus ini dilanjutkan,” ujarnya. 

Meeks mengatakan bahwa dia telah melakukan kontak dekat dengan Gedung Putih dan mendesak untuk menekan Israel atas upaya kemanusiaan dan jatuhnya korban sipil. Dia mengatakan F-15 baru akan dikirim beberapa tahun dari sekarang.

Seperti diketahui, AS telah lama menjadi pemasok senjata terbesar bagi sekutu terdekatnya di Timur Tengah itu, diikuti oleh Jerman dan Italia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper