Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PBB Perkirakan Tanah Longsor Papua Nugini Memakan 670 Korban Jiwa

Badan Migrasi PBB memperkirakan bencana tanah longsor di Papua Nugini memakan lebih dari 670 korban jiwa.
Pemandangan kerusakan setelah tanah longsor di Maip Mulitaka, provinsi Enga, Papua Nugini pada 24 Mei 2024 dalam gambar yang diperoleh ini. Emmanuel Eralia via REUTERS
Pemandangan kerusakan setelah tanah longsor di Maip Mulitaka, provinsi Enga, Papua Nugini pada 24 Mei 2024 dalam gambar yang diperoleh ini. Emmanuel Eralia via REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Migrasi PBB memperkirakan bencana tanah longsor di Papua Nugini memakan lebih dari 670 korban jiwa.

Media di negara Pasifik Selatan di utara Australia sebelumnya memperkirakan tanah longsor pada hari Jumat telah mengubur lebih dari 300 orang. Namun lebih dari 48 jam kemudian,

Dilansir dari Reuters, Senin (27/5/2024), organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan jumlah korban tewas mungkin lebih dari dua kali lipatnya, karena tingkat kehancuran masih belum jelas dan kondisi berbahaya yang terus berlanjut di lapangan menghambat upaya bantuan dan penyelamatan. Sejauh ini hanya lima jenazah yang berhasil diangkat dari reruntuhan.

Para pejabat di Desa Yambali di provinsi Enga mengatakan lebih dari 150 rumah terkubur akibat tanah longsor pada Jumat (24/5/2024),

“Tanah masih longsor, bebatuan berjatuhan, tanah retak karena tekanan yang terus meningkat dan air tanah mengalir sehingga kawasan tersebut menimbulkan risiko ekstrem bagi semua orang,” kata Serhan Aktoprak, kepala misi badan tersebut di Papua Nugini.

Lebih dari 250 rumah di dekatnya, sambungnya, telah ditinggalkan penduduk, yang berlindung sementara dan sekitar 1.250 orang telah mengungsi.

“Orang-orang menggunakan tongkat penggali, sekop, dan garpu pertanian besar untuk mengeluarkan jenazah yang terkubur di bawah tanah,” kata Aktoprak.

Kantor PBB di Papua Nugini mengatakan lima jenazah dievakuasi dari daerah di mana 50 hingga 60 rumah telah hancur, dan sejumlah orang terluka dilaporkan, termasuk sedikitnya 20 wanita dan anak-anak.

IOM mengatakan masyarakat di desa ini relatif muda dan dikhawatirkan bahwa korban jiwa terbanyak adalah anak-anak berusia 15 tahun ke bawah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper