Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerja Sama Islam (KTT OKI) ke-15 di Banjul, Gambia, pada 4-5 Mei 2024.
Retno menjelaskan bahwa Indonesia memberikan pernyataan nasional dalam pertemuan tersebut, terutama terkait dengan hidup rakyat Palestina.
Dia mengatakan bahwa KTT Banjul merupakan KTT OKI reguler pertama setelah serangan Israel ke Gaza, Palestina, pada Oktober tahun lalu.
"KTT Banjul merupakan KTT OKI reguler pertama setelah serangan Israel ke Gaza. Pada November yang lalu, Arab Saudi mengadakan KTT Luar Biasa yang khusus membahas mengenai situasi di Gaza. Walaupun KTT Banjul ini adalah KTT Reguler, tetapi dengan semakin memburuknya situasi Gaza, maka tidak dapat dielakkan bahwa perhatian anggota OKI tetap berfokus pada situasi di Gaza," katanya, dalam pernyataan resmi, dikutip Senin (6/5/2024).
Kemudian, Retno menjelaskan bahwa di sela-sela KTT OKI, dia melakukan banyak sekali pembicaraan dan pertemuan.
Pertemuan itu antara lain dengan Sekjen OKI; Advisor Presiden Palestina, yang merupakan mantan Menlu Palestina; Menlu Arab Saudi; Menlu Mesir; Menlu Iran; Menlu Bangladesh; Menlu Tunisia; Menlu Gambia; Menlu Maroko; Menlu Malaysia; Menlu Brunei Darussalam, dan Wakil Perdana Menteri Uganda.
Baca Juga
Dia menjelaskan bahwa hampir semua pertemuan membahas mengenai masalah Palestina. Fokus pembahasan antara lain, negosiasi yang terus berlangsung, dengan harapan dapat membuahkan hasil baik termasuk terciptanya gencatan senjata.
"Kita harus terus bersama berupaya dorong negara lain untuk mengakui Palestina; Mendorong keanggotaan penuh Palestina di PBB; Upaya untuk mengintensifkan bantuan kemanusiaan," katanya.
Lebih lanjut, Retno menyatakan adanya kekhawatiran yang sangat terlihat akan rencana Israel untuk menyerang Rafah dan rencana itu sangat dikecam oleh semua negara OKI.
Berikut tiga hal yang didorong oleh Indonesia dalam KTT OKI ke-15 di Gambia, yaitu:
1. Palestina, Agenda OKI, dan Isu Perempuan
Dia menjelaskan, pertama mengenai Palestina dan mengenai agenda OKI untuk masalah pembangunan.
"Untuk isu Palestina, saya tekankan bahwa OKI masih berhutang kemerdekaan pada bangsa Palestina. Saya ingatkan kembali bahwa dalam Arab Peace Initiative dan berbagai keputusan OKI, disebutkan bahwa perdamaian dengan Israel hanya akan dilakukan jika Israel menghentikan pendudukannya terhadap Palestina," tegasnya.
Menurutnya, sikap tersebut telah mengirim pesan yang sangat kuat bahwa tanpa kemerdekaan Palestina, maka tidak akan ada hubungan diplomatik dengan Israel.
Dia mengingatkan dengan tegas, bahwa keputusan dan pesan tersebut sudah seharusnya dipertahankan secara konsisten.
"Dalam 7 bulan terakhir, kita lihat kekejaman terburuk dalam sejarah modern manusia, di mana sudah lebih dari 34.000 orang dibunuh. Ini merupakan sebuah genosida," tambahnya.
Selain itu, dia menegaskan bahwa saat ini juga melihat bantuan kemanusian terus dihambat, dan ancaman serangan terhadap Rafah terus dilakukan, serta keanggotaan Palestina di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terus diblok.
Adapun dalam pernyataan nasional Retno menekankan bahwa dalam situasi seperti ini, maka OKI harus bersatu dalam membela keadilan dan kemanusiaan bagi bangsa Palestina.
"Caranya, pertama, jangan sampai perhatian kita terbelah. Perhatian OKI harus tetap utuh, yaitu membantu Palestina. OKI harus terus memberikan bantuan kemanusiaan dan mendukung kerja UNRWA. Islamic Financial Safety Net di OKI harus diaktivasi segera," ujarnya.
2. OKI Dorong Gencatan Senjata Permanen di Gaza
Kedua, Retno menegaskan bahwa OKI perlu terus mendorong segera dilakukannya gencatan senjata permanen.
Dia menegaskan bahwa gencatan senjata akan menjadi game-changer untuk hentikan korban dan memperingan penderitaan manusia di Gaza.
"Gencatan senjata juga sangat penting bagi upaya menciptakan situasi kondusif bagi berlangsungnya negosiasi yang fair menuju two-state solution," katanya.
3. Peran OKI Cegah Eskalasi
Selanjutnya, ketiga, dia menegaskan penting bagi OKI untuk mencegah terjadinya eskalasi. Menurutnya OKI harus fokus mengatasi bencana kemanusiaan di Palestina dan semua pihak harus menahan diri dari kemungkinan terjadinya konflik terbuka.
"OKI memiliki tanggung jawab untuk menjamin stabilitas kawasan dan dunia. Kesatuan OKI harus berkontribusi bagi perdamaian, bukan justru mendorong krisis," tegasnya.
Adapun terkait dengan agenda OKI mengenai pembangunan dan isu perempuan, Retno menekankan kesenjangan pembangunan di OKI harus terus dipersempit.
Berdasarakan data, dia menjelaskan bahwa sejumlah negara OKI masih mengalami kemiskinan, di mana 21 dari 46 LDCs adalah anggota OKI.
Sejauh ini, Retno mengatakan bahwa Indonesia mendorong peningkatan kegiatan kalangan bisnis dalam OKI melalui penguatan perdagangan dan investasi.
"Dalam kaitan ini, saya sampaikan bahwa pada September 2024, Indonesia akan menjadi tuan rumah Indonesia-Africa Forum pada tanggal 3-4 September 2024," ujarnya.
Mengenai pemberdayaan perempuan dan akses terhadap pendidikan berkualitas, dia menekankan bahwa ini sangat krusial bagi pembangunan negara-negara OKI secara inklusif.
"Perempuan di Afghanistan dan bagian lain dunia memiliki hak yang sama. Saya juga menekankan bahwa isu perempuan harus terus diarusutamakan dalam agenda kerja OKI," tegasnya.
Khusus untuk Afghanistan, Retno menyampaikan beberapa hal yang telah dilakukan Indonesia, antara lain, pemberian beasiswa kepada kaum perempuan Afghanistan; tukar informasi mengenai kurikulum madrasah dengan UNAMA; dan pemberian 10 juta dosis vaksin polio untuk anak-anak Afghanistan.
"Pernyataan nasional Indonesia saya tutup dengan kembali menekankan pentingnya kesatuan dan solidaritas, unity and solidarity, antara negara-negara OKI agar OKI dapat menghadapi berbagai tantangan dunia saat ini dan sekaligus OKI dapat membantu bangsa Palestina," tambahnya.