Bisnis.com, JAKARTA - Iran meminta Amerika Serikat (AS) untuk minggir, ketika negaranya sedang mempersiapkan respons terhadap serangan Israel ke Konsulatnya di Damaskus, Suriah.
Adapun, Hizbullah, proksi utama Iran di Timur Tengah, memperingatkan Israel tersebut bahwa pihaknya telah siap untuk berperang.
Wakil Kepala Staf Presiden Iran untuk urusan politik, Mohammad Jamshidi, mengatakan bahwa Iran memperingatkan AS agar tidak terseret ke dalam perangkap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
"Kami peringatkan AS agar tidak terseret ke dalam perangkap Netanyahu. AS harus minggir agar Anda tidak terkena dampaknya. Sebagai tanggapan, AS meminta Iran untuk tidak menyerang sasaran Amerika,” katanya di X, dilansir Bloomberg, pada Sabtu (6/4/2024).
Berdasarkan laporan, Amerika Serikat kini dalam keadaan siaga dan sedang mempersiapkan untuk menghadapi ancaman dari Iran yang menyasar ke aset Israel atau Amerika di wilayah tersebut.
NBC, mengutip dua pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, mengatakan pemerintahan Presiden Joe Biden khawatir setiap serangan bisa terjadi di Israel, khususnya terhadap sasaran militer atau intelijen, bukan warga sipil.
Baca Juga
Biden mengambil langkah dengan komunikasi langsung ke Iran bahwa AS tidak menyadari serangan di Damaskus itu akan terjadi. Adapun ini menunjukkan bahwa AS sedang berusaha mencegah terjadinya serangan terhadap pasukan dan pangkalannya di Timur Tengah.
Republik Islam mengatakan akan memberikan tamparan keras kepada Israel. Namun, masih belum jelas waktu tepatnya hal ini akan terjadi, baik Iran akan mencoba menyerang Israel secara langsung ataupun melalui salah satu kelompok proksinya seperti Hizbullah, yang berbasis di Lebanon.
Serangan udara Israel tersebut telah menghantam Konsulat Iran di Damaskus, dan menewaskan sedikitnya 7 warga Iran, termasuk dua jenderal.
Meskipun Israel telah berulang kali menargetkan aset-aset yang terkait dengan Iran di Suriah selama beberapa bulan terakhir, ini adalah pertama kalinya serangan menghantam gedung diplomatik Iran.
Israel telah bersiaga sejak saat itu, memanggil pasukan cadangan dan memperkuat pertahanan udaranya. Militernya mengacak sinyal navigasi di Tel Aviv untuk mengganggu drone atau rudal yang bernavigasi GPS yang mungkin ditembakkan ke negara tersebut, pada Kamis (4/4/2024).
Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah mengatakan bahwa serangan balasan dari Iran tidak diragukan lagi dan pasti akan datang. Namun, kelompoknya tidak akan mengintervensi keputusan tersebut.
"Setelah itu, bagaimana Israel akan berperilaku, kawasan ini akan memasuki fase baru,” kata Nasrallah dalam pidato yang disiarkan televisi.
Nasrallah, yang hidup dalam persembunyian, menyoroti kerja terkoordinasi kelompok perlawanan Iran di wilayah tersebut.
Hizbullah, milisi paling kuat di Timur Tengah, mengatakan kelompok tersebut belum menggunakan persenjataan utamanya dalam pertempuran sehari-hari dengan Israel di sepanjang perbatasan selatan Lebanon sejak dimulainya perang Israel-Hamas pada 7 Oktober.
Nasrallah mengatakan bahwa Hizbullah sepenuhnya siap untuk menghadapi perang apapun dengan Israel.