Bisnis.com, JAKARTA - Rusia menuduh Ukraina melakukan tindakan teroris untuk mencoba mengganggu pemilihan presiden (pilpres) di negaranya, pada Sabtu (16/3/2024).
Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengecam pengunjuk rasa yang mencoba membakar tempat pemungutan suara dan melakukan demonstrasi, dan menyebutnya sebagai "pengkhianat".
Melansir Reuters, perang di Ukraina telah membayangi pemungutan suara dalam pemilu di Rusia, yang pasti akan memberi kesempatan Presiden Vladimir Putin untuk memimpin selama 6 tahun lagi, namun diwarnai dengan aksi protes.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan Kyiv telah mengintensifkan aktivitas terorisnya sehubungan dengan pemilu tersebut, pada hari kedua dari 3 hari pemungutan suara.
Menurut kementerian Rusia, Kyiv berupaya menunjukkan aktivitasnya kepada negara-negara Barat dan untuk meminta lebih banyak bantuan keuangan dan senjata mematikan.
Adapun dikatakan sebelumnya dalam salah satu insiden, sebuah pesawat tak berawak Ukraina menjatuhkan bom di tempat pemungutan suara di wilayah Zaporizhzhia, Ukraina yang dikuasai Rusia.
Baca Juga
Pejabat pemilu lokal melaporkan tidak ada kerusakan atau cedera ketika alat peledak itu mendarat 5 atau 6 meter (yard) dari sebuah gedung tempat pemungutan suara sebelum dibuka di sebuah desa sekitar 20 km (12 mil) sebelah Timur Kota Enerhodar.
Sejauh ini belum ada komentar langsung dari para pejabat di Ukraina, yang menganggap pemilu yang berlangsung di wilayah yang dikuasai Rusia itu ilegal dan tidak sah.
Sementara itu, Ketua KPU Rusia Ella Pamfilova mengatakan dalam 2 hari pencoblosan, telah terjadi 20 insiden warga yang mencoba merusak lembar suara dengan menuangkan berbagai cairan ke dalam kotak suara, serta delapan kasus percobaan pembakaran dan satu tembakan bom asap.
Medvedev yang mengomentari insiden tersebut mengatakan mereka yang bertanggung jawab dapat menghadapi hukuman selama 20 tahun.
“Ini adalah hukuman kepada orang-orang yang menyerang kota-kota kita hari ini,” tulisnya di media sosial, mengacu pada serangan Ukraina.
Para demonstran menyerukan kepada seluruh masyarakat untuk hadir secara massal dalam protes terhadap Putin di masing-masing dari 11 zona waktu negara tersebut, di hari terakhir pemungutan suara.