Bisnis.com, JAKARTA - Pertemuan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Ketua Umum Partai NasDem mengindikasikan perubahan konstelasi politik pasca pemungutan suara Pemilu 2024. Kuat dugaan NasDem akan merapat ke kubu Jokowi menyusul sampai dengan saat ini jagoannya yakni Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, masih tertinggal dari Prabowo-Gibran.
Jokowi membenarkan bahwa ada pembahasan politik antara dirinya dengan Surya Paloh. Kendati demikian, presiden dua periode itu, mengungkapkan bahwa hanya berperan untuk menjembatani semua partai politik, meskipun ayah dari Gibran itu tak menjelaskan secara detail maksud posisinya tersebut.
Di sisi lain, Sekretaris Tim Kerja Strategis (TKS) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Idrus Marham mengatakan akan ada pertemuan antara ketua umum (ketum) partai politik (parpol) setelah Presiden Joko Widodo bertemu dengan Ketum Partai NasDem Surya Paloh.
"Saya kira ini sudah hampir pastilah komunikasi politik ini. Mereka-mereka ketua umum ini kan teman-teman semua juga. Udah punya pengalaman," kata Idrus di kawasan Menteng, Jakarta, Senin.
Idrus menilai pertemuan yang akan dilakukan oleh ketum parpol merupakan pertemuan yang baik untuk membangun proses politik di Indonesia.
"Kan sudah ada komunikasi, ada komitmen. Komitmennya sama, ayo mari kita membangun suatu proses politik. Ada di oposisi, ada di koalisi, misalkan," ujarnya.
Baca Juga
Walaupun demikian, dia mengatakan bahwa oposisi untuk pemerintahan selanjutnya, yakni periode 2024-2029, harus objektif tanpa mendegradasi pemerintahan.
"Membangun oposisi yang apa? Yang konstruktif, demokratis, yang secara konsisten mengedepankan ide dan gagasan sebagai instrumen mengkritisi harus objektif dan faktual. Bukan yang penting mendegradasi pemerintah, menyalahkan pemerintah," tuturnya.
Jembatan Partai Politik
Sebelumnya, Presiden Jokowi bertemu dengan Ketum Partai NasDem Surya Paloh di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (18/2) malam.
Sementara itu, Presiden Jokowi menyebut pertemuannya dengan Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (18/2), untuk menjadi “jembatan” atau menjembatani sesuatu.
“Ini baru awal-awal. Nanti kalau sudah final nanti kami sampaikan. Tapi itu sebetulnya saya itu hanya menjadi ‘jembatan’, yang paling penting kan nanti partai-partai lah,” ujar Jokowi usai peresmian RS Pusat Pertahanan Negara Panglima Besar Jenderal Soedirman dan 20 rumah sakit TNI, di Jakarta, Senin.
Ia tidak menjelaskan detail apa yang dimaksud dengan menjadi “jembatan”. Ketika ditanya mengenai hal tersebut, dia hanya mengatakan dirinya ingin menjadi “jembatan” bagi semua pihak.
“Jembatan untuk semuanya. Saya ingin menjadi jembatan untuk semuanya, karena urusan, urusan apa itu, urusan politik itu urusan partai-partai,” kata Jokowi.
Adapun dia dalam kesempatan itu juga menyebut pertemuannya dengan Paloh adalah pertemuan politik biasa untuk membicarakan masalah politik.
Masih Solid
Sementara itu, Tim Pemenangan Nasional Anies-Muhaimin (Timnas AMIN) menanggapi pertemuan antara Ketum Partai NasDem Surya Paloh dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Juru bicara (Jubir) Timnas AMIN, Billy David Nerotumilena menegaskan bahwa sampai saat ini koalisi perubahan tetap solid.
“Tentu kamu sangat menghormati hal tersebut. Koalisi perubahan tetap solid dan mengawal proses Pilpres sampai tuntas,” kata Billy saat dihubungi, Senin (19/2/2024).
Billy menilai bahwa tidak ada yang salah antara pertemuan Surya Paloh dan Jokowi, begitupun pertemuan antara Surya Paloh dan Anies beberapa hari lalu.
Billy pun mengatakan, meski kedua pertemuan tersebut merupakan hal yang wajar. Namun, tentu kedua pertemuan tersebut jelas memiliki pembahasan yang berbeda.
“Konsolidasi antara Pak Anies dengan pak SP [Surya Paloh] adalah pertemuan dalam koalisi. Pertemuan antara pak SP dan pak Jokowi adalah pertemuan dalam koalisi pemerintahan,” ujarnya.