Bisnis.com, JAKARTA - Wapres Ma'ruf Amin berbicara tentang etika dan rasa malu saat berpidato dalam perayaan Imlek 2575 Kongzili secara daring, dari Kediaman Wapres, Jalan Diponegoro Nomor 2, Jakarta Pusat, Senin (12/02/2024).
Dalam acara yang digelar oleh Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) bertajuk “Malu bila Tidak Tahu Malu, Menjadikan Orang Tidak Menanggung Malu” tersebut, lebih jauh Wapres menekankan, bangsa Indonesia harus mampu menunjukkan kepada dunia, bahwa Indonesia sebagai bangsa yang besar dan matang dalam berdemokrasi.
“Kita harus berupaya dan saling mendukung untuk tumbuh lebih kuat, mandiri, sejahtera, dan berkelanjutan,” tegasnya.
Dengan kematangan dan kedewasaan bangsa ini dalam berdemokrasi, Wapres meyakini, Indonesia akan selalu dianugerahi para pemimpin yang mampu menyatukan berbagai perbedaan dan juga memanfaatkannya sebagai salah satu pilar kekuatan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Oleh karena itu, ia berharap, Tahun Baru Imlek kali ini seyogianya disambut sebagai momentum perbaikan diri, peningkatan integritas, serta penguatan komitmen berbangsa dan bernegara yang lebih baik guna menghadapi tantangan tersebut.
Menurutnya, kerukunan dan persatuan di tanah air, salah satunya, dapat diperkuat melalui budaya malu yang telah tertanam di masyarakat Nusantara secara turun-temurun.
Baca Juga
“Rasa malu merupakan sifat fundamental untuk terwujudnya kebaikan sekaligus untuk menciptakan jarak dari keburukan. Seseorang yang memiliki rasa malu akan takut melakukan tindakan yang tidak sesuai norma, nilai, dan etika. Dengan demikian, ia tidak akan melakukan perbuatan yang menyakiti sesamanya,” kata Wapres seperti dilansir dari situs resmi.
Netizen Senggol Jokowi dan Gibran
Pernyaraan Ma'ruf Amin tersebut viral dan jadi perbincangan di platform X. Beberapa netizen bahkan menyenggol Jokowi dan Gibran.
Sebagaimana diketahui, Jokowi dan Gibran disebut melanggar etika saat Wali Kota Solo mulus melenggang jadi Cawapres Prabowo Subianto.
Apalagi, Gibran disebut bisa menjadi Cawapres atas bantuan pamannya yang dulu menjabat sebagai Ketua MK.
Soal etika, pernyataan Jokowi yang mengatakan Presiden boleh memihak dan kampanye juga dianggap beberapa masyarakat sebagai bentuk pelanggaran etika dan moral.
"Ini soal etik moral berbangsa. Itu sampai senior-senior orang-orang, tokoh-tokoh nasional yang sudah tua-tua ini semua yang memperjuangkan, ini kan prinsip bernegara," kata Ketua Bidang Kehormatan DPP PDI-P Komarudin Watubun.