Bisnis.com, JAKARTA - Film dokumenter berjudul Dirty Vote, yang berisikan tiga ahli hukum tata negara yakni Bivitri Susanti, Zainal Arifin Mochtar, dan Feri Amsari, mengungkapkan sejumlah cara memenangkan Pemilu.
Dalam film Dirty Vote menjelaskan bagaimana memperoleh kemenangan lewat sebaran wilayah. Salah satu pulau yang menjadi titik penting sebaran wilayah akan terjadi di Papua.
Feri Amsari pada awalnya menjelaskan bagaimana Pemilu 2024 bisa dimenangkan dalam satu putaran. Feri menuturkan dalam, "Pasal 6A ayat (3) UUD 1945, Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden."
Feri kemudian menambahkan, satu-satunya kemenangan Pilpres dalam satu putaran pasca reformasi, hanya pernah terjadi pada 2009 saat Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono mengalahkan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto.
"Jadi tidak mudah bagi seorang calon Presiden memenangkan lima puluh persen suara dalam satu putaran pemilu. Lima puluh persen suara bukan faktor tunggal," kata Feri.
Setelah menjelaskan mengenai sebaran wilayah di Pulau Jawa dan Sumatra, Feri kemudian pindah ke ujung Indonesia ke Pulau Papua.
Baca Juga
Feri menuturkan, Pulau Papua sebelumnya hanya memiliki dua provinsi, tetapi kini bertambah empat hingga total menjadi enam provinsi yaitu Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan. Keenam provinsi ini akan mengikuti Pemilihan Umum 2024.
Feri kemudian membandingkan dengan Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) yang didirikan pada 2013 tetapi baru bisa mengikuti Pemilu enam tahun kemudian, 2019. Oleh karena itu, sebaran wilayah di Papua akan sangat penting dalam Pemilihan Umum 2024.
Papua menjadi penting karena mempunyai jumlah sebaran wilayah yang sama dengan yang ada di Pulau Jawa meski kalah dari jumlah suara pemilih.
"Jika kita simak hasil Pilpres sebelumnya, 2014 dan 2019, Jokowi betul-betul unggul di Papua tak pernah kalah satu kali pun dalam kontestasinya," kata Feri.
"Saat Jokowi menang pilpres di Papua, Jenderal Tito Karnavian kebetulan menjadi Kapolda Papua. Lalu pada pemilu saat ini kebetulan sekali Jenderal Tito juga merupakan Menteri Dalam Negeri," ujar Feri.
"Sebaran wilayah sangat-sangat menentukan," kata Feri yang kemudian mengambil contoh kasus Pemilu Presiden Amerika Serikat pada 2015 lalu yang diikuti Hillary Clinton dan Donald Trump.
Saat itu Hillary berhasil memenangkan sebaran suara terbanyak tetapi kalah di sebaran wilayah oleh Donald Trump.