Bisnis.com, JAKARTA - Prabowo Subianto menjadi salah satu calon presiden (capres) yang paling banyak dibicarakan oleh publik jelang Pilpres 2024.
Ketua Umum Partai Gerindra itu juga diketahui mendapat dukungan paling tinggi, berdasarkan survei masyarakat yang dilakukan oleh Omniki.survey.
Survei tersebut dilakukan setiap dua minggu, dengan hasil terbaru pada 26 Januari 2024, Prabowo Subianto memimpin dengan total angka 29 persen.
"Sebagian besar responden mendukung Prabowo Subianto, diikuti oleh Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo," tulis Omniki dalam siaran pers, dikutip Kamis (8/2/2024).
Adapun Anies Baswedan mendapat 14,7 persen, sedangkan Ganjar Pranowo di posisi terakhir dengan perolehan suara 10,1 persen.
Meskipun mendapat angka tertinggi, Prabowo mendapat sorotan hingga diberitakan oleh media luar negeri BBC. Dalam pemberitaannya pada Rabu (7/2), Prabowo disebut sebagai "kakek gemoy dengan masa lalu yang kelam".
Baca Juga
BBC menuliskan bahwa para pemilih muda terlihat memberikan dukungan terhadap Prabowo yang memiliki perubahan apik.
"Mantan komandan pasukan khusus yang berapi-api dan dirundung tuduhan pelanggaran hak asasi manusia dan penghilangan orang telah menjadi kakek lucu yang dijadikan meme," tulis BBC dikutip Bisnis pada Kamis (8/2).
Media tersebut kemudian mengutip pernyataan pemilih muda bernama Albert Joshua (25) yang mengatakan bahwa Prabowo berhasil merangkul generasinya.
Namun apabila Prabowo terpilih menjadi presiden, banyak juga anak muda yang khawatir dengan masa depan bangsa.
BBC menuliskan bahwa kepemimpinan Prabowo mengkhawatirkan dengan dasar bahwa sang Menteri Pertahanan tidak pernah dimintai pertanggungjawaban atas dugaan penculikan dan pembunuhan aktivis mahasiswa pro-demokrasi beberapa dekade lalu.
"Jika dia bisa menjadi kaki tangan dalam membungkam suara, maka dia akan membungkam suara-suara itu sekarang jika dia terpilih," kata seorang pemilih muda kepada BBC.
Label gemoy Prabowo pun dinilai membuat sang capres kesulitan untuk memenuhi persyaratan seseorang bisa memimpin negara besar.
Seperti diketahui, Prabowo Subianto telah mencalonkan diri sebagai presiden sebanyak dua kali pada 2014 dan 2019. Sayangnya ia kalah dalam kesempatan tersebut.
“Logikanya adalah kekalahan Prabowo, setidaknya sebagian, karena citranya yang kuat dan gaya penghasutnya mengasingkan sebagian pemilih,” kata Dr Eve Warburton, direktur Institut Indonesia di Universitas Nasional Australia.
Dinilai bahwa Prabowo, kali ini, menargetkan generasi yang tidak ingat saat ia mencapai puncak kekuasaannya. Di mana hal itu terjadi pada masa pemerintahan Suharto.
Adapun pada 2014, Prabowo pernah mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dia telah memerintahkan penculikan mereka tetapi hanya melakukannya atas perintah atasannya.
Meskipun begitu, seorang pemilih dari generasi Z bernama Rahayu Sartika Dewi, mengatakan bahwa dia tertarik dengan rencana Prabowo untuk mengembangkan sektor energi terbarukan dan pertanian.
Dia menyebut kampanye tersebut "sangat lucu, menyenangkan dan mudah didekati... tidak terlalu berat seperti tahun-tahun sebelumnya". Ia pun mengatakan bahwa pencalonan Prabowo Subianto sebagai presiden adalah "bukti" bahwa ia telah menepis tuduhan "masa lalu kelam".