Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menilik Visi Politik Luar Negeri Paslon Jelang Debat Capres Ketiga

Strategi politik luar negeri Ganjar berangkat dari lima isu utama nasional, Anies mengusung Satu Kemakmuran, dan Prabowo mencanangkan kebijakan Tetangga Baik.
Oktaviano DB Hana, Reyhan Fernanda Fajarihza
Jumat, 5 Januari 2024 | 16:40
Momen Jokowi bersama para capres 2024 yakni Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo makan siang di Istana Negara, Senin (30/10/2023) / Setpres
Momen Jokowi bersama para capres 2024 yakni Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo makan siang di Istana Negara, Senin (30/10/2023) / Setpres

Anies Baswedan

Capres nomor urut 1 ini memaparkan gagasannya terkait politik luar negeri pada Rabu (8/11/2023). Untuk tema itu, Anies mengusung visi “Satu Kemakmuran” untuk Indonesia puluhan tahun ke depan. Melalui visi itu, eks Gubernur DKI Jakarta itu menekankan pentingnya Indonesia menempatkan diri sebagai warga dunia, bukan sekadar entitas yang terlepas dari komunitas dunia. 

“Dan kepemimpinan selalu berbicara tentang dunia. Kita berpartisipasi, tidak absen, tidak menjadi penonton dan tidak memandang dunia semata-mata sebagai tempat lain, tempat kita bertransaksi, tapi kita anggota dari sebuah masyarakat kemanusiaan yang selalu harus terlibat. Paradigma ini yang ingin kita kembalikan di dalam perjalanan ke depan republik ini,” tegasnya.

Capres yang berpasangan dengan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) ini menjelaskan visi “satu kemakmuran” berkaitan erat dengan pemerataan indeks pembangunan manusia dan tingkat perekonomian warganya.

“Jadi 2045 itu kalau boleh lihat pakai term ekonomi itu bukan kita mencapai pendapatan perkapitanya berapa, atau GDP [gross domestic product/produk domestik bruto/PDB] kita berapa, bukan. Tapi kita menjadi satu kesemakmuran, satu kesejahteraan. Nah, dengan pandangan itulah maka kemudian kita melihat Indonesia menjadi bagian dari tantangan global,” kata Anies.

Pada prinsipnya, Anies ingin mendayagunakan seluruh potensi dalam negeri dan ingin meningkatkan daya tawar Indonesia di dunia internasional. Dia sempat menyinggung bahwa Indonesia perlu mendorong soft power semacam jenama asli Indonesia melalui investasi besar-besaran serta diplomasi proaktif, serta menata hard power sebagai pertahanan adaptif terhadap perubahan dan ancaman.

“Kita bicara tentang new essential force. Kita harus mulai mendorong alutsista yang berorientasi pada fungsi dan teknologi, tidak hanya soal jumlah, tapi harapannya fungsi, penempatannya, adopsi teknologinya, dukungan infrastrukturnya itu juga mengalami transformasi,” tegasnya.

Mengenai diplomasi proaktif, dia melihat bahwa diplomasi ekologis dan keadilan iklim internasional akan menjadi agenda utama apabila dia menakhodai RI ke depannya.

Halaman
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper