Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cak Imin Sentil Prabowo: Kita Enggak Perang Kenapa Banyak Utang untuk Alutsista

Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menyinggung tentang penggunaan utang untuk pengadaan alat utama sistem senjata atau alutsista era Prabowo Subianto.
Muhaimin atau Cak Imin dalam Debat Cawapres
Muhaimin atau Cak Imin dalam Debat Cawapres

Bisnis.com, BANDUNG - Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 1, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menyinggung tentang penggunaan utang untuk pengadaan alat utama sistem senjata atau alutsista era Prabowo Subianto.

Cak Imin heran negara rela mengucurkan uang besar, bahkan sampai utang demi pengadaan alutsista, padahal negara sedang tidak berperang.

“Kita nggak perang kenapa kebanyakan utang beli alat perang? lebih baik utang untuk beli alat pertanian,” kata Cak Imin di Kabupaten Bandung, Rabu (3/1/2023).

Cak Imin kemudian menyinggung tentang APBN yang dinilainya masih gali lubang tutup lubang. Dia mengatakan bahwa anggaran negara mencapai Rp3.000 triliun, namun ada sekitar 30 persen yang dipotong untuk pembayaran utang.

“Iya bener ya? Itu berarti Rp 490-an triliun untuk utang. Itu berarti tinggal Rp 2.500 an triliun sisanya,” ujarnya.

Ketum PKB menyebut bahwa salah satu kegunaan utang negara diperuntukan membeli alutsista. Padahal, Cak Imin menegaskan masyarakat lebih membutuhkan kebutuhan pokok dibandingkan alat perang.

“Buat apa kita utang ratusan triliun tapi tidak untuk sesuatu yang nyatanya tidak dibutuhkan? Nyatanya kita butuh pangan,” ucap Cak Imin.

Seperti yang diketahui, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan hasil dari rapat bersama Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto terkait belanja alat utama sistem pertahanan (alutsista) dari pinjaman luar negeri yang naik cukup signifikan. 

Sri Mulyani menjelaskan, di luar anggaran yang telah diberikan pemerintah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Kemenhan juga melakukan belanja alutsista dari pinjaman luar negeri untuk periode 2020-2024 sejumlah US$25 miliar setara Rp385 triliun (kurs Rp15.400 per dolar AS). 

“Terjadi kenaikan yang cukup signifikan dari US$20,75 miliar ke US$25 miliar. Itu yang kemarin disepakati,” ujarnya kepada awak media usai Penyerahan DIPA dan Daftar Alokasi TKD TA 2024 di Istana Kepresidenan, Rabu (29/11/2923).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Lukman Nur Hakim
Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper