Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Wakil Presiden Indonesia ke-10 dan 12, Jusuf Kalla, mengatakan bahwa dirinya sebenarnya tidak terlalu setuju ketika Partai Golkar bergabung dengan koalisi yang mendukung Prabowo-Gibran.
Menurutnya Golkar cukup punya power sebagai organisasi untuk bisa menjadi partai yang lebih kuat dan bisa berdiri sendiri.
Hal tersebut disampaikan Jusuf Kalla dalam bincang-bincang bersama Rhenald Kasali yang ditayangkan di YouTube pada Minggu 17 Desember 2023 kemarin.
JK mengatakan bahwa Golkar sebenarnya ingin Ketua Umum mereka yakni Airlangga Hartarto menjadi Capres atau Cawapres namun gagal.
"Golkar pertama memang menginginkan Ketua Umum jadi Calon Presiden. Kemudian turun menjadi Calon Wakil Presiden, tapi karena tidak berhasil, kemudian Golkar mencari koalisi. Ya, di sini pilihannya ke Prabowo Gibran," kata Jusuf Kalla.
Mantan wakil presiden RI tersebut kemudian membeberkan bahwa dirinya sama sekali tidak memberikan pandangan tentang manuver koalisi yang dilakukan Partai Golkar ini.
Baca Juga
"Tapi saya tidak memberikan pandangan di situ, karena bagi saya Golkar seharusnya bisa lebih mandiri dan lebih kuat. Secara organisasi Golkar masih partai terbesar kedua di Indonesia tapi peranan politiknya tidak sebesar itu," tambahnya.
Seperti diketahui, manuver Golkar memang cukup mengejutkan. Alih-alih mencalonkan Ketum mereka, partai berlogo beringin tersebut malah mengusung Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres Prabowo Subianto.
Bahkan yang tak kalah menarik, muncul isu jika Gibran dan Wali Kota Medan, Bobby Nasution akan segera merapat ke Golkar dalam waktu dekat. Apalagi, Golkar sudah mengusung Bobby di calon Gubernur Sumatera Utara (Sumut) di Pilkada 2024.
Bukan cuma Gibran dan Bobby, viralnya dasi kuning yang dipakai Jokowi dalam kunjungannya ke Jepang dianggap sinyal positif untuk Golkar.