Bisnis.com, JAKARTA – Istana Kepresidenan angkat bicara terkait dengan ragam serangan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) lantaran sepak terjang perombakan (reshuffle) di kabinet Indonesia Maju.
Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana pun mengaku heran untuk kepentingan apa isu reshuffle kembali diramaikan menjelang akhir pemerintahan Presiden asal Surakarta itu. Termasuk, reshuffle dari Fachrul Razi yang sebelumnya merupakan menteri agama (menag).
"Saya tidak tahu apa yang melatarbelakangi mengapa isu pergantian Bapak Fachrul Razi sebagai Menteri Agama dan isu atau kasus yang lain, baru diangkat saat ini, di tengah proses kotestasi politik dalam pemilu. Dalam istilah Bapak Presiden: untuk apa diramaikan? Dan untuk kepentingan apa itu diramaikan?" katanya kepada wartawan melalui pesan teks, Selasa (5/12/2023).
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa dalam mengangkat dan memberhentikan menteri merupakan hak prerogatif Presiden yang tentunya juga memiliki banyak pertimbangan.
Oleh sebab itu, narasi reshuffle dari Fachrul Razi yang dipicu dengan penolakannya terhadap pembubaran Front Pembela Islam (FPI) merupakan opini liar.
Ari mengatakan bahwa alasan yang sebenarnya hanya diketahui oleh Jokowi. Adapun perombakan telah tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) yang ditandatangani enam menteri dan kepala lembaga di bawah koordinasi menkopolhukam. Para menteri tersebut yakni mendagri, menkumham, menkominfo, jaksa agung, kapolri, dan kepala BNPT.
Baca Juga
“SKB 6 kementerian dan lembaga itu disampaikan pemerintah setelah rapat bersama yang dilakukan di Kantor Kemenkopolhukam pada tanggal 30 Desember 2020. Jejak digitalnya bisa dicheck lagi," pungkas Ari.
Sekadar informasi, pernyataan Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi soal dirinya dicopot dari kursi menag kala itu, saat ini kembali menjadi isu di tengah masa kampanye Pemilu Presiden (Pilpres) 2024.
Diketahui Fachrul Razi digantikan oleh Yaqut Cholil Qaumas atau Gus Yaqut oleh Presiden Jokowi pada 23 Desember 2020. Fachrul Razi mengaku dicopot sebagai menag karena menolak pembubaran Front Pembela Islam (FPI).