Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menegaskan agar masyarakat jangan terburu-buru mengambil kesimpulan dari berbagai hasil survei elektabilitas calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres), karena masih terdapat waktu sekitar dua setengah bulan untuk melakukan kampanye sebelum proses pemungutan suara pada 14 Februari 2024.
Dikatakan, bahwa sampai saat ini belum ada satu pun lembaga survei yang memberikan analisis akan terjadinya Pilpres 2024 satu putaran.
Selain itu, apa yang dipaparkan hasil survei saat ini tidak dapat menjadi acuan pasti terkait apa yang akan terjadi pada 2024 mendatang.
"Toh survei akan berlangsung terus menerus untuk mengecek pergerakan suara. Siapa yang mengira termasuk saya, saya sendiri tidak mengira setelah pendaftaran Prabowo-Gibran, ternyata suara Pak Prabowo malah naik," ujarnya di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Rabu (29/11/2023).
Dia menyebut, bahwa potensi suara pendukung pasangan capres-cawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka bagaikan bejana berhubungan yang saling terkait.
"Kalau pola seperti ini berlanjut, basis pola pemilih Jokowi di Ganjar pindah ke Pak Prabowo sementara pemilih Anies tetap atau naik secara landai, maka suara antara Ganjar dan Pak Prabowo seperti bejana berhubungan," katany.
Baca Juga
Berdasarkan survei, Burhanuddin mengatakan ketika suara pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka meningkat, maka yang biasanya menjadi korban adalah suara dari pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Hal tersebut, kata dia, ditandai dengan hasil survei yang dikeluarkan oleh Polling Institute yang mencatat adanya penurunan suara pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD dari 36 persen ke 24 persen.
Sementara, Anies minimal tetap suaranya dan (kalau) tidak ada satu pun calon yang mendapatkan 50 persen plus satu, kemungkinan besar yang masuk ke putaran dua adalah Prabowo versus Anies.
"Prabowo juga belum tentu aman, karena suaranya belum mencapai 50 persen. Artinya satu putaran meskipun mungkin, tetapi per hari ini masih belum terjadi," ucap Burhanuddin.
SPIN
Direktur Eksekutuf Lembaga survei Survey and Polling Indonesia (SPIN) Igor Dirgantara menyatakan, elektabilitas Prabowo Subianto semakin moncer didampingi Gibran Rakabuming Raka.
"Kontribusi Gibran terhadap Prabowo sebesar 2,7 persen, terbesar bila dibandingkan dua cawapres pasangan calon lainnya. Mahfud untuk sementara hanya memberikan kontribusi 0,4 persen dan Muhaimin berkontribusi sebesar 0,2 persen," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (28/11/2023).
Berdasarkan hari survei periode 1 - 10 November 2023, dengan melibatkan 2.178 responden yang tersebar di 38 provinsi di seluruh Indonesia.
Metodologi yang digunakan adalah multistage random sampling dengan margin of error (MoE) sebesar 2,1 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Dia menjelaskan Gibran memiliki dampak yang lebih tinggi untuk mendongkrak capresnya sebesar 2,7 persen, sehingga elektabilitas Prabowo-Gibran saat ini mencapai 43 persen.
Sementara, Mahfud MD menambah kekuatan elektabilitas Ganjar sebesar 0,4 persen, sehingga elektabilitas pasangan Ganjar-Mahfud saat ini mencapai 26,1 persen.
Kemudian Muhaimin Iskandar menyumbang tingkat elektabilitas 0,2 persen untuk Anies Baswedan, sehingga pasangan Anies-Muhaimin saat ini sebesar 22,7 persen.
Igor juga mewanti-wanti bahwa suara pemilih Jokowi saat Pilpres 2019, masih cenderung akan mengarah ke Prabowo-Gibran. Sebab, keberadaan Gibran di Koalisi Indonesia Maju bersama Prabowo akan direpresentasikan sebagai sosok Jokowi.
SPIN juga memotret bagaimana potensi keterpilihan capres-cawapres dari generasi anak muda, hingga orangtua. Hal itu menjadi penting karena daftar pemilih tetap (DPT) untuk Pemilu 2024 akan didominasi oleh kaum muda yakni Gerenasi Z maupun Generasi Y (milenial).
Gen Z (1995-2010) lebih banyak memilih Prabowo dan Gibran dengan skor 48,4 persen, Ganjar-Mahfud sebesar 21,1 persen, Anies-Muhaimin sebesar 20,0 persen. Namun ada swing voters mencapai 10,5 persen di kalangan pemilih Gen Z.
Kemudian, Gen Y atau Milenial (1977-1994), keterpilihan paling tinggi diraih Prabowo-Gibran dengan perolehan suara 48,5 persen. Sementara untuk Ganjar-Mahfud sebesar 20,8 persen dan Anies-Muhaimin dengan skor 24,9 persen. Namun ada 5,7 persen pemilih yang belum menentukan pilihannya.
Untuk Gen X (1965-1976), keterpilihan Prabowo-Gibran sebesar 40,7 persen, Ganjar-Mahfud dan Anies-Imin mendapatkan skor sama yakni 24,2 persen. Namun ada 10,9 persen pemilih di Gen X yang belum menjawab.
Selanjutnya, Gen Baby Boomers (1946-1964), keterpilihan Ganjar-Mahfud lebih unggul yakni 38,5 persen, sementara untuk Prabowo-Gibran ada di 28,5 persen, dan untuk Anies-Muhaimin sebesar 12,2 persen. Ada 20,8 persen yang belum menjawab.
Gen Pre Baby Boomers (sebelum 1945), keterpilihan Ganjar-Mahfud unggul di persentase 43,0 persen, sementara Prabowo-Gibran sebesar 25,0 persen, dan untuk Anies-Muhaimin mencapai 22,0 persen. Namun masih ada yang swing voters sebenyak 10,0 persen.
Perihal survei elektabilitas capres-cawapres ini, Ketua Badan Pengurus Setara Institute Ismail Hasani mengingatkan seluruh lembaga survei agar netral dalam kinerja masing-masing mengenai Pemilu 2024.
Dia juga meminta masyarakat mengkritisi hasil survei yang ada, agar tidak menimbulkan persoalan serius seperti kampanye salah satu pasangan capres-cawapres yang menghendaki agenda pemilihan satu putaran.
"Ada dua tujuan tidak etis yang hendak dicapai dari agenda ini, yaitu berharap bandwagon effect agar pemilih mengikuti langkah mayoritas publik yang sudah menentukan pilihan, dan menyediakan justifikasi akademik-populis, atas kemungkinan tindakan tidak jujur dan segala cara memenangi kontestasi," terangnya, Kamis (23/11/2023).