Bisnis.com, JAKARTA - Gencatan senjata antara Israel dan Hamas Palestina telah diperpanjang untuk hari ketujuh, kedua belah pihak mengumumkan hanya beberapa menit sebelum perjanjian tersebut berakhir.
Militer Israel mengatakan bahwa gencatan senjata pertempuran di Jalur Gaza akan terus berlanjut mengingat upaya para mediator untuk melanjutkan proses pembebasan sandera, dan tunduk pada ketentuan perjanjian, pada Kamis (30/11/2023).
Adapun dalam pernyataan terpisah, Hamas mengatakan kesepakatan telah dicapai untuk memperpanjang gencatan senjata sementara, yang awalnya dimulai pada Jumat (24/11/2023).
Gencatan senjata akan diperpanjang setidaknya selama 24 jam lagi. Qatar yang menjadi penengah antara kedua belah pihak, mengatakan perjanjian itu diperpanjang dengan ketentuan yang sama seperti sebelumnya, di mana Hamas membebaskan 10 sandera Israel setiap hari dengan imbalan 30 tahanan Palestina.
Melansir Aljazeera, prospek perpanjangan gencatan senjata sebelumnya masih dipertanyakan hingga 1 jam terakhir, setelah kedua belah pihak gagal menyepakati daftar baru warga Israel yang akan dibebaskan dari Gaza pada Kamis (30/11/2023).
Hamas mengatakan Israel menolak usulan daftar yang mencakup 7 orang sandera yang masih hidup dan sisa-sisa 3 orang sandera yang menurut kelompok itu sebelumnya telah tewas dalam serangan udara Israel.
Baca Juga
Israel kemudian mengatakan bahwa Hamas telah menyerahkan daftar yang lebih baik, sehingga membuka jalan bagi perpanjangan gencatan senjata.
Perundingan antara kedua belah pihak tampaknya semakin sengit karena sebagian besar perempuan dan anak-anak yang ditahan oleh Hamas telah dibebaskan.
Hamas mungkin mengupayakan pembebasan tahanan yang lebih besar sebagai imbalan atas pembebasan sandera dari penjara Israel.
Tekanan internasional untuk gencatan senjata jangka panjang di Gaza semakin meningkat setelah hampir 8 pekan sejak pemboman Israel dan serangan darat di Gaza.
Serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 15.000 warga Palestina, membuat tiga perempat dari 2,3 juta penduduk Palestina mengungsi, dan memicu krisis kemanusiaan yang memprihatinkan.