Bisnis.com, JAKARTA – Kelompok Hamas dan Israel telah menyetujui gencatan senjata di Gaza, Palestina setidaknya selama empat hari, Rabu (22/11/2023). Gencatan ini dilakukan agar bantuan kemanusiaan masuk serta membebaskan sedikitnya 50 sandera Hamas dan 150 warga Palestina yang dipenjara di Israel.
Melansir Reuters, berikut kronologi perang antara Hamas dan Israel sejak 7 Oktober lalu.
7 Oktober: Hamas melancarkan serangan mendadak ke Israel bagian selatan. Israel mengatakan 1.200 orang tewas dalam serangan tersebut, sementara itu 240 orang lainnya disandera.
Komandan militer Hamas Mohammad Deif mengumumkan bahwa serangan telah dimulai, serta mendesak warga Palestina di mana pun untuk berperang.
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kemudian menyatakan perang dan serangan udara balasan terhadap Hamas akan segera dimulai. Upaya ini dilakukan bersamaan dengan pengepungan total terhadap wilayah pesisir yang terjepit antara Israel dan Mesir.
13 Oktober: Israel memberi tahu penduduk Kota Gaza, yang ditinggali lebih dari 1 juta dari 2,3 juta penduduk di wilayah kantong tersebut, untuk mengungsi dan pindah ke selatan. Gaza masih ditutup dan warga mengatakan mereka tidak punya tempat tujuan setelah bagian selatan Jalur Gaza dibombardir.
Baca Juga
17 Oktober: Sebuah ledakan di rumah sakit Baptis al-Ahli al-Arabi di Kota Gaza menyebabkan banyak korban jiwa dan memicu kemarahan bangsa Arab. Warga Palestina menuding ledakan tersebut merupakan serangan udara Israel, tetapi Israel mengatakan ledakan tersebut disebabkan oleh peluncuran roket Palestina yang gagal.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan 471 orang tewas. Israel membantah angka ini dan laporan intelijen AS yang tidak dirahasiakan mengklai. jumlah korban tewas ada pada kisaran 100 hingga 300 orang.
18 Oktober: Presiden AS Joe Biden mengunjungi Timur Tengah untuk menunjukkan dukungan kepada Israel dan mencegah konflik regional yang lebih luas. Dia menganggap ledakan di rumah sakit itu disebabkan oleh roket yang ditembakkan oleh militan Gaza. Para pemimpin Arab menanggapi serangan Israel terhadap rumah sakit itu dengan membatalkan pertemuan puncak dengan Biden di Yordania.
20 Oktober: Hamas membebaskan dua sandera Amerika, yaitu Judith Tai Raanan, 59, dan putrinya Natalie, 17. Dua orang tersebut disandera dari Nahal Oz kibbutz di Israel selatan.
21 Oktober: Truk bantuan diizinkan melewati perbatasan Rafah dari Mesir ke Gaza, setelah perselisihan diplomatik selama berhari-hari. Jumlah tersebut hanyalah sebagian kecil dari kebutuhan di Gaza, di mana makanan, air, obat-obatan dan bahan bakar hampir habis.
23 Oktober: Hamas membebaskan dua sandera lagi, yaitu warga Israel Nurit Cooper dan Yocheved Lifshitz, atas dasar kemanusiaan dan kesehatan keduanya yang buruk menurun. Keduanya disandera dari Nir Oz kibbutz di Israel selatan bersama suami masing-masing yang masih ditahan oleh Hamas. Saat dibebaskan, Lifshitz berjabat tangan dengan salah satu pasukan dan mengucapkan "shalom" (perdamaian).
26 Oktober: Pasukan Israel melancarkan serangan terbesar mereka ke Gaza sejauh ini, dengan tank dan infanteri menghantam infrastruktur dan pos peluncuran rudal anti-tank.
27 Oktober: Juru bicara militer Israel mengatakan pasukan darat Israel segera memperluas operasi mereka di Gaza, sebagai tanda dimulainya serangan darat.
28 Oktober: Netanyahu mengatakan pasukan Israel telah memulai perang tahap kedua dan mengatakan Israel akan "menghancurkan musuh di atas dan di bawah tanah." Dia mengatakan kepada Israel bahwa mereka akan menghadapi serangan militer yang “panjang dan sulit”.
31 Oktober: Serangan udara Israel menghantam kamp pengungsi Jabalia yang padat penduduk di Gaza. Israel mengklaim telah membunuh seorang komandan Hamas. Petugas kesehatan Palestina mengatakan serangan itu menewaskan sekitar 50 orang dan melukai 150 orang.
1 November: Evakuasi dari Gaza dimulai melalui penyeberangan Rafah terhadap sekitar 7.000 pemegang paspor asing, warga negara ganda dan kerabat, serta orang-orang yang membutuhkan perawatan medis dengan segera.
6 November: Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan Gaza telah menjadi "kuburan bagi anak-anak", dan menuntut adanya gencatan senjata. Otoritas kesehatan Palestina mengatakan jumlah korban tewas akibat serangan Israel telah melebihi 10.000 orang.
13 November: Tank-tank Israel menyerang rumah sakit Al Shifa di Kota Gaza dengan sekitar 650 pasien masih berada di dalam. Israel mengatakan rumah sakit tersebut terletak di atas terowongan yang menjadi markas pejuang Hamas, menuding bahwa pasien yang ada digunakan sebagai tameng. Hal ini dibantah oleh Hamas.
15 November: Pasukan khusus Israel memasuki dan menggeledah Rumah Sakit Al Shifa yang masih ditinggali pasien. Mereka awalnya mengklaim telah menemukan beberapa senjata, dan pada hari-hari berikutnya mengklaim terdapat terowongan berdinding beton sepanjang 55 meter yang berada 10 meter di bawah tanah.
Tuduhan kejahatan perang muncul dari kedua belah pihak. Palestina menyatakan Israel menargetkan warga sipil, sementara Israel menuduh Hamas menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia.
21 November: Israel dan Hamas mengumumkan kesepakatan mengenai jeda pertempuran selama empat hari. Israel mengatakan 50 perempuan dan anak-anak akan dibebaskan dan jeda akan diperpanjang satu hari lagi untuk setiap 10 sandera tambahan yang dibebaskan.
Di sisi lain, Hamas mengatakan 50 sandera akan dibebaskan sebagai ganti 150 perempuan dan anak-anak Palestina yang ditahan di Israel, serta bantuan kemanusiaan, medis, dan bahan bakar akan diizinkan masuk ke Gaza.
Hingga hari ini, Pemerintahan Hamas di Gaza mengatakan sedikitnya 13.300 warga Palestina telah dipastikan tewas, termasuk sedikitnya 5.600 anak-anak akibat serangan Israel.