Bisnis.com, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkejut dengan serangan yang terjadi terhadap Rumah Sakit Indonesia di Gaza.
Hal tersebut diungkapkan oleh akun resmi Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam platform X ‘Twitter’nya yakni @DrTedros pada Senin malam (20/11/2023). Ia juga menuturkan soal korban dari serangan tersebut.
“@WHO terkejut dengan serangan terhadap Rumah Sakit Indonesia di #Gaza, yang dilaporkan mengakibatkan 12 orang meninggal, termasuk pasien, dan puluhan orang luka-luka, termasuk yang kritis dan mengancam jiwa,” tuturnya.
Lanjutnya, ia berpendapat bahwa petugas kesehatan dan warga sipil seharusnya tidak perlu terpapar ‘kengerian’ dari kejadian tersebut, terutama ketika berada di dalam rumah sakit.
Namun, Tedros tidak menyebut dengan gamblang bahwa Israel yang melakukan serangan terhadap RS Indonesia di Gaza.
Berdasarkan catatan Bisnis, Direktur Rumah Sakit (RS) Nasser di Kota Khan Younis, Gaza Selatan Nahed Abu Taaema mendapat informasi soal tank Israel yang mengepung RS Indonesia di Gaza.
Baca Juga
Adapun, RS Indonesia tersebut didirikan pada 2016 dengan pendanaan dari organisasi di Indonesia. Sebagian besar telah berhenti beroperasi, namun masih memberi perlindungan bagi pasien, staf dan warga yang mengungsi.
“Kami mendapat informasi sebelumnya bahwa tank sedang mengepung RS Indonesia. Sayangnya, komunikasi di sana hampir terputus. Kami sangat prihatin dengan nasib rekan-rekan kami, nasib korban luka dan pasien serta orang-orang (pengungsi) yang mungkin masih berlindung di sana. Tidak ada ambulans yang bisa menjangkau mereka, dan kami khawatir korban luka akan meninggal,” katanya.
Sedikitnya 12 warga Palestina tewas dan puluhan lainnya luka-luka akibat tembakan dari tank-tank Israel yang mengepung RS Indonesia.
Indonesia sendiri mengutuk sekeras-kerasnya serangan Israel ke rumah sakit Indonesia di Gaza. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi, dan mengungkapkan bahwa serangan tersebut merupakan pelanggaran nyata terhadap hukum humaniter Internasional.
"Semua negara, terutama yang memiliki hubungan dekat dengan Israel harus menggunakan segala pengaruh dan kemampuannya, untuk mendesak Israel menghentikan kekejamannya,” jelasnya dalam keterangan resmi, pada Senin malam (20/11).
Hingga saat ini, Kementerian Luar Negeri juga masih hilang kontak dengan 3 orang WNI yang menjadi relawan di rumah sakit Indonesia.
Ia juga telah menghubungi United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in Near East (UNRWA) di Gaza, untuk menanyakan situasi RS Indonesia. UNRWA menjawab bahwa juga tidak dapat melakukan kontak dengan siapapun di RS Indonesia saat ini.