Bisnis.com, JAKARTA - Protes dan demonstrasi publik pro-Palestina maupun pro-Israel berlangsung di berbagai negara sejak pasukan bersenjata dari kelompok militan Palestina Hamas menyerang Israel bagian Selatan pada 7 Oktober 2023.
Serangan itu menewaskan 1.200 orang dan 240 orang dari pihak Israel disandera di Gaza.
Israel merespons serangan itu dengan memblokade Gaza yang dikuasai Hamas, melancaakan serangan bom dari udara serta serangan darat yang menurut pihak berwenang Palestina telah menewaskan lebih dari 11.000 orang, sekitar 40% di antaranya adalah anak-anak.
Melansir Reuters, puluhan ribu demonstran berkumpul di Washington pada Selasa (14/11/2023) menggelar "Pawai Mendukung Israel" untuk menunjukkan solidaritas dengan Israel dalam perangnya melawan Hamas dan mengutuk meningkatnya antisemitisme.
Marco Abbou, seorang pelatih pribadi dari Hackensack, New Jersey, yang berasal dari Israel mengatakan, “Kami di sini untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kami tidak akan dimusnahkan lagi”.
Selain protes, konflik tersebut telah memicu peningkatan insiden antisemit dan Islamofobia di Amerika Serikat (AS) termasuk serangan kekerasan dan pelecehan secara online.
Baca Juga
Penyelenggara demonstrasi pada Selasa (14/11/2023) mengatakan mereka memperkirakan 200.000 orang hadir untuk menunjukkan dukungan AS terhadap Israel, menuntut pembebasan sandera dan mengutuk kekerasan dan pelecehan antisemit.
Orang-orang di antara kerumunan itu mengangkat poster yang menunjukkan nama dan foto orang-orang yang diculik oleh Hamas, dan meneriakkan “bawa mereka pulang”.
Plakat lainnya bertuliskan “Kami tidak punya tempat lain untuk pergi” dan “warga sipil yang memuji pembantaian orang Yahudi bukanlah orang yang tidak bersalah.”
Natan Sharansky, mantan pembangkang Soviet dan Ketua Eksekutif Badan Yahudi untuk Israel pada 2009-2018, menyerukan massa untuk berjuang demi Israel.
“Kami akan berjuang melawan mereka yang mencoba memberikan legitimasi kepada Hamas. Kami akan berjuang untuk Israel. Kami akan berjuang untuk setiap orang Yahudi. Kami akan berjuang melawan antisemitisme. Kami mengalahkan Uni Soviet. Kami akan mengalahkan musuh kami hari ini ,” kata Sharansky.
Demonstrasi terbesar di Washington sejauh ini terkait dengan konflik pada 4 November menarik ribuan orang yang menyerukan pemerintah AS, pendukung utama Israel, untuk menyerukan gencatan senjata.
“Gencatan senjata adalah jeda yang memungkinkan Hamas mempersenjatai kembali,” kata Ariel Ben-Chitrit, seorang pegawai pemerintah federal dari Herndon, Virginia, yang membawa bendera Israel berwarna biru dan putih pada protes hari Selasa (14/11/2023).
Lenyapkan Hamas
Ben-Chitrit menyatakan penyesalannya atas penderitaan warga sipil Palestina dan rumah sakit di Gaza yang mengalami kondisi ekstrem, namun dia mengatakan satu-satunya cara untuk mengakhiri konflik adalah dengan melenyapkan Hamas.
“Hamas telah membuktikan bahwa mereka tidak tertarik pada perdamaian,” katanya.
Pemerintahan Presiden Joe Biden telah menolak seruan gencatan senjata tetapi mendesak Israel untuk memberikan jeda dalam pertempuran agar warga sipil dapat pindah ke lokasi yang lebih aman dan agar bantuan kemanusiaan dapat memasuki Gaza.
Untuk menggarisbawahi dukungan Kongres AS terhadap Israel, sejumlah senator dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menghadiri rapat umum pro-Israel. Senator Charles Schumer, pemimpin mayoritas Partai Demokrat di Senat, dan pejabat tertinggi AS yang terpilih sebagai warga Yahudi, menjadwalkan ulang konferensi pers mingguannya untuk hadir.
“Tujuan Hamas adalah menakut-nakuti kita. Mereka yang melakukan racun antisemitisme dan kefanatikan di seluruh dunia berusaha menakut-nakuti kita,” kata Schumer.
Tetapi kami tidak akan membiarkan sejarah kembali ke masa Holocaust ketika orang-orang Yahudi menjadi sasaran, dibunuh, dan dibantai, lanjutnya.
Unjuk rasa pada hari Selasa (14/11/2023) itu dihadiri oleh orang-orang Yahudi Ortodoks yang mengenakan jas hitam panjang dan topi hitam, kacamata anak-anak, dan orang-orang yang menyebut diri mereka “liberal progresif” seperti Erica Taxin, pemilik studio yoga dari Philadelphia.
Dia mengatakan tidak setuju dengan kelompok progresif lainnya yang menyerukan gencatan senjata.
Para militan “tidak hanya menyandera tetapi juga membunuh anak-anak dan pembawa perdamaian,” katanya, mengacu pada pembunuhan aktivis Israel yang menganjurkan perdamaian dengan Palestina.
Presiden Israel Isaac Herzog mengatakan dalam pidato videonya bahwa ledakan antisemitisme di mana pun merupakan hal yang memalukan bagi semua masyarakat dan negara beradab.
“Orang-orang Yahudi di Amerika harus aman. Orang-orang Yahudi di seluruh dunia harus aman,” kata Herzog kepada hadirin. (Andy Repi)