Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken kembali mengunjungi Israel pada Jumat (3/11/2023) dalam upaya mencegah krisis yang meningkat di Timur Tengah. Salah satu upaya pencegahan itu adalah membendung tindakan militer Israel.
Dikutip melalui Channel News Asia, peneliti senior di Philip Merrill Center Laura Blumenfeld. mengatakan bahwa AS masih dapat memberikan dampak terhadap perkembangan tersebut. Mengingat, AS masih memegang kekuasaan atas Israel dan telah membuktikan dukungannya terhadap negara tersebut.
“Saya pikir dia akan berhasil, setidaknya, karena Amerika Serikat telah menunjukkan diri mereka sebagai sekutu utama dan sekutu Israel yang dapat diandalkan dan hal ini memberinya kredibilitas, yang berarti pengaruhnya,” katanya dikutip melalui Channel News Asia, Jumat (3/11/2023).
Dia melanjutkan, bahwa meskipun AS menentang resolusi yang disampaikan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza, tetapi upaya dari Blinken turut menjadi ujian besar terhadap kredibilitas AS.
“Saya pikir mereka telah mendapatkan tempat di meja perundingan dengan Israel untuk menuntut lebih banyak hal dari mereka,” imbuhnya.
Untuk diketahui, perjalanan kedua Blinken ke Timur Tengah dalam waktu kurang dari sebulan untuk mendesak Israel menyetujui beberapa jeda dalam perang melawan Hamas di Gaza agar bantuan kemanusiaan dapat masuk dan membantu orang-orang keluar dengan aman .
Baca Juga
Blinken akan mengunjungi Israel pada hari Jumat (3/11/2023) untuk kedua kalinya dalam sebulan dan bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan para pejabat lainnya.
Sedangkan, militer Israel pada Kamis malam (2/11/2023) mengatakan telah mengepung Kota Gaza. Hamas sendiri melakukan perlawanan dengan serangan tabrak lari dari terowongan-terowongan bawah tanah.
Apalagi, korban warga sipil Palestina yang semakin meningkat dan kekurangan makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar yang semakin memburuk. Hal ini juga menimbulkan tekanan global untuk menghentikan konflik kemanusiaan.
Israel telah menolak seruan tersebut, dengan alasan bahwa mereka menargetkan pejuang Hamas yang dituduh sengaja bersembunyi di antara penduduk dan bangunan-bangunan sipil.
Meskipun menegaskan kembali penolakannya terhadap gencatan senjata penuh, Gedung Putih mengatakan pada hari Kamis (2/11/2023) bahwa pihaknya sedang mempertimbangkan serangkaian jeda dalam konflik tersebut.