Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov mengakui mayoritas drone yang dimiliki Rusia saat ini diimpor dari Tiongkok.
“Saat ini, sebagian besar drone (kami) berasal dari Republik Rakyat Tiongkok,” kata Siluanov pada pertemuan Komite Anggaran dan Pajak Duma Negara.
“Kami berterima kasih kepada mitra kami, namun kami perlu mengembangkan basis sumber daya kami sendiri dan mengalokasikan dana yang diperlukan.”
Menteri tersebut mengatakan bahwa Rusia menghabiskan 60 miliar rubel ($600 juta) untuk meningkatkan produksi drone dalam negeri.
“Tugasnya adalah pada tahun 2025, 41% dari seluruh drone akan diberi label Buatan Rusia,” kata menteri.
Meskipun intelijen A.S. melaporkan pada bulan Juli bahwa Tiongkok mengekspor sejumlah besar teknologi penggunaan ganda dengan potensi aplikasi militer ke Rusia, termasuk drone, ini adalah pengakuan publik pertama yang dilakukan oleh pejabat Rusia.
Baca Juga
The Washington Post mengatakan pada bulan Agustus bahwa tak lama setelah laporan AS dipublikasikan, Tiongkok memutuskan untuk membatasi ekspor drone sipil jarak jauh karena kekhawatiran akan penggunaannya untuk militer.
Meskipun Tiongkok secara resmi telah memposisikan dirinya sebagai pihak netral dalam perang besar-besaran Rusia melawan Ukraina dan menyerukan solusi diplomatik, Beijing tidak mengecam agresi Kremlin dan terus mengembangkan hubungan timbal balik yang erat.
Drone telah memainkan peran penting bagi kedua belah pihak, yaitu sebagai sarana pengintaian dan serangan udara.
Rusia juga telah mengimpor drone Shahed "kamikaze" dari Iran, yang sering digunakan dalam serangan terhadap sasaran sipil, dan dilaporkan bahkan telah mengembangkan varian buatan dalam negeri.