Bisnis.com, JAKARTA - Putra Mahkota sekaligus penguasa de facto Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman yang akrab disapa MbS, bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Riyadh, Minggu, membahas situasi terkini Israel-Palestina.
Seperti dilansir Anadolu, pada pertemuan tersebut, MbS menekankan pentingnya menghormati hukum kemanusiaan internasional di Gaza, di mana Israel terus melakukan pemboman setelah serangan pekan lalu oleh kelompok Palestina Hamas.
MbS dan Blinken, menurut kantor berita Arab Saudi SPA, membahas eskalasi militer yang terjadi sekarang ini di wilayah kantong Palestina yang dikepung.
Pangeran Saudi menekankan untuk meningkatkan komunikasi, menenangkan situasi, dan menegaskan kembali perlunya menemukan cara untuk menghentikan operasi militer Israel di Gaza.
Dia menyampaikan bahwa Kerajaan Arab Saudi menentang dengan tegas terhadap setiap serangan yang menargetkan warga sipil dan infrastruktur di Jalur Gaza.
MbS menyerukan agar Israel mengakhiri pengepungan di Gaza, untuk mewujudkan keadilan, stabilitas dan perdamaian serta memastikan bahwa rakyat Palestina mendapatkan hak-hak mereka yang sah.
Baca Juga
Dikutip dari Reuters, Israel melanjutkan serangan udaranya ke Gaza Minggu malam waktu setempat, dan warga mengatakan serangan tersebut adalah yang paling menghancurkan dalam sembilan hari konflik.
Ketika krisis kemanusiaan melanda Gaza, dua sumber keamanan Mesir mengatakan bahwa Israel telah setuju untuk mengakhiri serangan udaranya di Gaza selatan. Sumber-sumber itu mengatakan penyeberangan perbatasan Rafah akan dibuka kembali untuk memungkinkan pemegang paspor asing untuk meninggalkan Gaza.
Namun, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tidak ada kesepakatan gencatan senjata atau bantuan kemanusiaan untuk Gaza yang ditukar dengan keluarnya orang asing.
Israel juga memberlakukan blokade ketat dan sedang mempersiapkan invasi darat untuk menghancurkan Hamas.
Pihak-pihak berwenang di Gaza mengatakan setidaknya 2.750 orang tewas akibat serangan Israel, seperempat dari mereka adalah anak-anak, dan hampir 10.000 orang terluka. 1.000 orang lainnya hilang dan diyakini berada di bawah reruntuhan.