Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hamas Bantah Israel Lakukan Gencatan Senjata di Jalur Gaza

PM Israel Benjamin Netanyahu membantah adanya gencatan senjata dengan Hamas di Jalur Gaza.
Anak-anak dan warga Palestina berkumpul di luar bangunan yang runtuh oleh serangan udara Israel ke wilayah selatan Gaza pada Senin (9/10/2023). - Bloomberg/Ahmad Salem
Anak-anak dan warga Palestina berkumpul di luar bangunan yang runtuh oleh serangan udara Israel ke wilayah selatan Gaza pada Senin (9/10/2023). - Bloomberg/Ahmad Salem

Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membantah adanya gencatan senjata yang diberlakukan di Jalur Gaza, Senin (16/10/2023). 

Netanyahu menekankan tidak ada gencatan senjata untuk bantuan kemanusiaan dan penyelamatan warga asing di Jalur Gaza. 

“Saat ini, tidak ada gencatan senjata untuk bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza dan keluarnya orang asing,” kata kantor Netanyahu, dilansir TASS, Senin.

Sejalan dengan pernyataan ini, Hamas juga membantah laporan gencatan senjata yang dilakukan oleh pihaknya dan Israel di Gaza.

Juru bicara Hamas Izzat al-Rishq di Telegram mengatakan bahwa laporan media tentang gencatan senjata itu tidak benar.

Media Al-Arabiya sebelumnya melaporkan bahwa gencatan senjata selama 5 jam diberlakukan di Jalur Gaza selatan pada pukul 09.00 waktu setempat (06.00 GMT). 

Namun, tentara Israel mengatakan sekitar pukul 09.00 pagi, sirene serangan udara telah berbunyi dua kali di Israel selatan yang berbatasan dengan Jalur Gaza.

Adapun ketegangan di Timur Tengah kembali berkobar setelah militan Hamas menyusup ke Israel dari Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023.

Serangan Hamas menggambarkan respons terhadap tindakan otoritas Israel terhadap Masjid Al-Aqsa di Bukit Bait Suci Yerusalem. 

Israel mengumumkan blokade total terhadap Gaza dan mulai melakukan serangan terhadap daerah kantong Palestina, serta wilayah tertentu di Lebanon dan Suriah. 

Bentrokan juga terjadi di Tepi Barat yang menyebabkan lebih dari 2.700 warga Palestina tewas dan sekitar 10.800 orang menderita luka-luka.

Sementara itu di Israel, jumlah korban tewas meningkat dan telah mencapai sekitar 1.500 orang dan hampir 4.000 orang terluka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Erta Darwati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper