Bisnis.com, JAKARTA – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengancam membumihanguskan Hamas dan mengatakan bahwa setiap anggotanya adalah "orang mati", usai pertemuan pertama pemerintahan darurat pada Kamis (12/10/2023).
Melansir BBC pada, tokoh oposisi Benny Gantz turut menguatkan pernyataan Netanyahu dengan mengatakan bahwa saat ini adalah masa perang bagi Israel.
Sebagai informasi, korban tewas di Israel telah mencapai 1.200 orang, bersamaan dengan 1.100 orang tewas akibat serangan udara Israel di Gaza.
Namun, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengaku telah berbicara dengan Netanyahu dan menjelaskan bahwa Israel harus beroperasi sesuai dengan aturan perang.
Dia memahami kemarahan dan rasa frustrasi rakyat Israel, tetapi mendesak Israel untuk mematuhi prinsip-prinsip konvensi Jenewa. Dia juga memperingatkan Iran, yang menyambut baik serangan Hamas, untuk “berhati-hati”.
Sebelumnya pada Rabu (11/10/2023), Netanyahu dan Gantz sepakat untuk mengenyampingkan persaingan politik domestik yang telah meningkat menjadi protes yang meluas.
Baca Juga
Gantz mengatakan kepada warga Israel bahwa pemerintah yang baru dibentuk itu telah bersatu dan siap untuk “menghapus Hamas dari muka bumi”.
Selain Netanyahu dan Gantz, kabinet sementara itu juga akan mencakup Menteri Pertahanan Yoav Gallant.
Pemimpin oposisi utama negara itu, Yair Lapid, belum bergabung dengan aliansi tersebut. Namun, Netanyahu dan Gantz mengatakan dalam pernyataan bersama bahwa satu kursi akan disediakan untuknya di kabinet perang.
“Selama masa perang, tidak ada rancangan undang-undang atau keputusan pemerintah yang akan dipromosikan jika tidak menyangkut jalannya perang,” katanya dalam sebuah pernyataan resmi.
Selama masa perang, semua penunjukan senior tersebut akan diperpanjang secara otomatis. Pemerintahan darurat akan memberikan konsensus nasional yang lebih luas terhadap tindakan militer.
Baik Gantz maupun Gadi Eisenkot, yang bergabung sebagai pengamat, adalah mantan kepala staf militer Israel.
Pengumuman kabinet baru ini terjadi setelah serangan yang dilakukan militan Hamas dari Jalur Gaza. Hamas diketahui menyandera hingga 150 orang dalam serangan mendadak pada hari Sabtu (7/10/2023).
Invasi Darat
Pada hari Rabu (11/10/2023), militer Israel mengatakan ribuan tentara bersiap di dekat perbatasan dengan Gaza untuk kemungkinan invasi darat.
Selain serangan yang dilakukan Hamas, Israel juga terlibat baku tembak dengan milisi Hizbullah di Lebanon dan pasukan di Suriah.
Awal pekan ini, Gallant mengumumkan pengepungan balasan terhadap wilayah Palestina, yang berarti semua pasokan energi, air dan makanan telah dihentikan.
Pembentukan pemerintahan persatuan di Israel disambut baik oleh para menteri termasuk Itamar Ben Gvir, yang menangani keamanan nasional.
Pengumuman bahwa Netanyahu dan Gantz akan bekerja sama muncul setelah berbulan-bulan terjadi protes terhadap upaya perdana menteri dan pemerintahannya untuk mendorong reformasi peradilan.
Para demonstran didukung oleh saingan politik Netanyahu, serta mantan pejabat tinggi di militer Israel, badan intelijen dan keamanan, mantan hakim agung, dan tokoh hukum terkemuka serta pemimpin bisnis.
Ratusan tentara cadangan, termasuk pilot angkatan udara yang berperan penting dalam pertahanan Israel, mengancam akan menolak wajib militer.
Bulan lalu, Mahkamah Agung Israel bersidang untuk mendengarkan petisi menentang salah satu amandemen hukum pemerintah, yang akan membatasi kekuasaan mereka.