Bisnis.com, JAKARTA - Israel mengebom Gaza semalam dan menargetkan unit elite Hamas yang memimpin serangan mematikan akhir pekan itu, saat Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) berangkat ke Timur Tengah (Timteng) untuk menunjukkan solidaritas dengan Israel dan bertemu dengan para pemimpin Arab termasuk Palestina.
Israel telah melancarkan kampanye pengeboman paling dahsyat dalam 75 tahun sejarah konfliknya dengan Palestina, dan bersumpah untuk memusnahkan gerakan Hamas yang menguasai Jalur Gaza sebagai pembalasan atas serangan paling mematikan terhadap orang Yahudi sejak Holocaust.
Ratusan pria bersenjata Hamas melintasi pagar pembatas dan mengamuk di kota-kota Israel pada hari Sabtu (7/10/2023), menewaskan sedikitnya 1.200 orang, sebagian besar warga sipil yang ditembak mati di rumah atau di jalan. Mereka membawa sejumlah sandera kembali ke Gaza.
Israel telah mengepung daerah kantong tersebut, yang merupakan rumah bagi 2,3 juta orang, dalam pengepungan total dan sejauh ini telah menewaskan sekitar 1.200 orang dalam kampanye pemboman yang telah melenyapkan seluruh lingkungan.
Pihak Israel telah memanggil ratusan ribu pasukan cadangan dan membentuk kabinet perang persatuan, sebagai persiapan untuk serangan darat ke Gaza.
Belum ada keputusan yang diambil mengenai serangan darat “tetapi kami sedang mempersiapkannya”, kata juru bicara militer Letnan Kolonel Richard Hecht pada Kamis (12/10/2023) melansir CNA.
Baca Juga
Serangan terakhir semalam dipusatkan pada “Pasukan Nukhba” Hamas, yang mempelopori serangan hari Sabtu (7/10/2023), kata Hecht kepada wartawan.
Orang-orang bersenjata Palestina masih berusaha menyusup ke Israel melalui laut dan militer masih berupaya mengamankan pagar Gaza, kata Hecht.
Media Hamas mengatakan 15 warga Palestina tewas dan beberapa lainnya terluka dalam serangan udara Israel terbaru. Saksi mata melaporkan pesawat Israel membombardir kota Gaza dan pihak berwenang Gaza juga melaporkan serangan udara di kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara.
Rumah sakit-rumah sakit di Gaza dipenuhi dengan korban luka dan kematian serta kehabisan persediaan bahan bakar untuk generator mereka hanya dalam hitungan hari.
Blinken ke Timur Tengah
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden mengirim diplomat utamanya ke Timur Tengah untuk menunjukkan dukungan abadi Washington terhadap Israel, berupaya menjamin pembebasan tawanan, termasuk warga Amerika, dan mencegah meluasnya perang.
Menteri Luar Negeri Antony Blinken tiba pada hari Kamis (12/10/2023) dan juga akan mengunjungi Yordania.
Hussein Al-Sheikh, Sekretaris Jenderal Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina, mengatakan di platform media sosial X, bahwa Blinken akan bertemu dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas pada hari Jumat (13/10/2023).
Otoritas Palestina yang dipimpin Abbas membatasi pemerintahan mandiri di Tepi Barat yang diduduki Israel, namun kehilangan kendali atas Jalur Gaza ke tangan Hamas, kelompok militan Islam yang didukung Iran, pada tahun 2007.
Pesan untuk Iran
Berbicara di depan para pemimpin komunitas Yahudi di Washington, Biden mengatakan 22 orang Amerika termasuk di antara korban tewas.
“Serangan ini adalah sebuah kampanye kekejaman murni – bukan hanya kebencian, tapi kekejaman murni – terhadap orang-orang Yahudi,” katanya, seraya menggambarkannya sebagai “hari paling mematikan bagi orang-orang Yahudi sejak Holocaust”.
Perang tersebut telah membatalkan rencana para diplomat di wilayah tersebut, ketika Israel sedang bersiap mencapai kesepakatan untuk menormalisasi hubungan dengan Arab Saudi, negara Arab terkaya, dan beberapa bulan setelah Riyadh melanjutkan hubungan dengan saingan regionalnya, Iran, yang merupakan sponsor Hamas.
Adapun, Teheran merayakan serangan Hamas tetapi membantah berada di balik serangan tersebut.
Biden mengatakan pengerahan kapal dan pesawat militernya lebih dekat ke Israel harus dilihat sebagai sinyal bagi Iran, yang mendukung gerakan Hizbullah Hamas dan Lebanon.
“Kami telah menegaskan kepada Iran: Berhati-hatilah,” kata Biden.
Terpisah, Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman membahas konflik tersebut pada hari Rabu (11/10/2023), dalam panggilan telepon pertama antara kedua pemimpin sejak kesepakatan yang ditengahi China antara Teheran dan Riyadh untuk melanjutkan hubungan.