Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR Amerika Serikat (AS) Michael McCaul mengatakan bahwa Mesir telah memberi peringatan kepada Israel sebelum Hamas melakukan serangan.
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menggambarkan bahwa peringatan tersebut sebagai sesuatu yang benar-benar salah.
Badan intelijen Israel berada di bawah pengawasan ketat setelah mencegah serangan yang paling mematikan yang dilakukan militan Hamas dalam 75 tahun sejarah Israel.
“Kami tahu bahwa Mesir telah memperingatkan Israel tiga hari sebelumnya bahwa kejadian seperti ini bisa terjadi. Saya tidak ingin terlalu merahasiakan hal ini, namun sebuah peringatan telah diberikan. Saya pikir pertanyaannya adalah pada tingkat apa," kata McCaul, melansir BBC, Kamis (12/10/2023).
Seorang pejabat intelijen Mesir mengatakan bahwa Kairo telah berulang kali memperingatkan Israel bahwa sesuatu yang besar sedang direncanakan di Jalur Gaza pada pekan lalu.
"Kami telah memperingatkan mereka bahwa ledakan situasi akan terjadi, dan akan segera terjadi, dan ini akan menjadi besar. Namun mereka meremehkan peringatan tersebut," kata pejabat Mesir.
Baca Juga
Pejabat Kairo mengatakan para pejabat Israel meremehkan ancaman dari Gaza, dan malah berfokus pada Tepi Barat.
Menurut Financial Times, mengutip dua pejabat yang tidak disebutkan namanya yang mengetahui masalah ini, tidak ada informasi intelijen mengenai serangan tertentu.
Sementara itu, Netanyahu menggambarkan setiap dugaan bahwa Israel telah menerima peringatan khusus sebelum serangan mematikan tersebut sebagai berita yang sepenuhnya palsu.
Mesir yang mengontrol siapapun yang melintasi perbatasannya dengan Gaza sering menjadi mediator antara Israel dan Hamas.
Lebih dari 1.500 militan menyerbu penghalang keamanan Gaza dalam serangan darat, udara dan laut yang terkoordinasi pada Sabtu (8/10/2023).
Korban tewas di Israel akibat serangan Hamas telah mencapai 1.200 orang. Lebih dari 1.000 orang tewas akibat serangan udara Israel di Gaza.
Israel telah menggempur sasaran Hamas di Gaza sebagai tanggapannya, sementara penduduk di wilayah tersebut mengatakan tidak memiliki listrik setelah satu-satunya pembangkit listrik di wilayah itu kehabisan bahan bakar.
Lebih lanjut, Hamas telah mengutuk pernyataan Presiden AS Joe Biden yang mengatakan Israel memiliki kewajiban untuk menanggapi serangan tersebut, yang disebutnya sebagai bentuk kejahatan.
Kelompok Palestina mengatakan pernyataan Biden menghasut dan bertujuan untuk meningkatkan ketegangan di Jalur Gaza.
Setelah serangan Hamas, AS mengumumkan akan memindahkan kapal induk, kapal, dan jet ke Mediterania timur, dan juga akan memberi Israel peralatan dan amunisi tambahan.