Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bersumpah akan menggempur Hamas sepenuhnya.
Israel menggempur sasaran Hamas di Jalur Gaza selama lima hari berturut-turut sejak serangan militan tersebut dan jumlah korban tewas melonjak hingga ribuan.
“Setiap anggota Hamas adalah orang mati. Kami akan menghancurkan mereka dan menghancurkan mereka sebagaimana dunia telah menghancurkan Daesh," katanya, seperti dilansir CNA, Kamis (12/10/2023).
Netanyahu sebelumnya membentuk pemerintahan darurat termasuk mantan menteri pertahanan berhaluan tengah Benny Gantz selama krisis terjadi di antara dua negara itu.
Menurut pasukan Israel, serangan Hamas secara mendadak pada Sabtu (7/10/2023), menjadi yang terburuk dalam 75 tahun sejarah Israel, dan telah menyebabkan total 1.200 orang tewas dalam serangan militan dan kebanyakan adalah warga sipil.
Para pejabat melaporkan lebih dari 1.000 orang tewas dalam serangan udara dan artileri yang terus menerus dilakukan Israel di daerah Palestina yang padat penduduk di Gaza, sehingga menimbulkan asap hitam yang membubung ke langit dan meratakan seluruh kota.
Baca Juga
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan 11 stafnya tewas di Gaza, sementara Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah mengatakan kehilangan 5 orang anggotanya.
Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan bahwa di Tepi Barat yang diduduki, setidaknya 4 orang warga Palestina tewas ketika pemukim Israel bersenjata menyerang sebuah kota di selatan Nablus, sehingga jumlah korban tewas menjadi 29 orang.
Israel mengerahkan pasukan, tank, dan kendaraan lapis baja berat lainnya di sekitar Gaza dalam operasi pembalasan terhadap serangan yang belum pernah dilihat sebelumnya.
Presiden AS Joe Biden berjanji untuk mengirim lebih banyak amunisi dan perangkat keras militer ke sekutu dekatnya, Israel, dan menyatakan itu sebagai bentuk kejahatan terhadap warga sipil dalam serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Krisis yang dijuluki "Israel 9/11" ini membuat Netanyahu mencapai kesepakatan politik dengan Gantz dan berjanji untuk membekukan rencana perombakan peradilan pemerintahannya yang telah memicu protes massal.
Pemimpin oposisi Yair Lapid belum bergabung dengan aliansi sementara itu, meskipun pernyataan bersama mengatakan satu kursi akan “disediakan” untuknya di kabinet.
“Israel adalah yang utama,” tulis Gantz dalam unggahan media sosialnya.
Sementara itu, Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben-Gvir menyatakan harus menang dan menyambut persatuan.